Jakarta, CNN Indonesia -- Pengadilan Rusia menjatuhkan hukuman 20 tahun penjara terhadap sutradara film asal Ukraina, Oleg Sentsov, pada Selasa (25/8) atas tuduhan sejumlah serangan terorisme di Semenanjung Crimea yang dianeksaasi Moskow pada April 2014 lalu.
Sentsov, yang lahir di Crimea menyatakan tidak bersalah dan mengecam persidangan atasnya didasari motif politik di tengah ketegangan Rusia dan negara-negara Barat atas peran Moskow dalam krisis di Ukraina.
Uni Eropa menyatakan kasus tersebut "melanggar hukum internasional dan standar dasar keadilan". Departemen Luar Negeri AS menyatakan kasus ini merupakan "kesalahan dalam peradilan."
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jaksa Rusia menuduh Sentsov mengorganisir "kelompok teroris" di Crimea untuk merebut kembali semenanjung itu dari kendali Moskow.
Selain Sentsov, pengadilan militer di kota Rostov-on-Don, Rusia juga menjatuhkan vonis 10 tahun penjara bagi tersangka kedua, Alexander Kolchenko, seorang aktivis asal Crimea.
Sebelumnya, jaksa menuntut Sentsov dengan hukuman 23 tahun penjara dan Kolchenko dengan hukuman 12 tahun penjara.
Penyidik Rusia menuduh Sentsov dan Kolchenko membakar dua gedung kantor di Crimea pada periode April dan Mei 2014. Salah satu gedung yang terbakar adalah kantor partai yang berkuasa di Rusia, United Russia.
Sentsov dan Kolchenko juga dituduh berencana meledakkan monumen pendiri Soviet, Vladimir Lenin.
Sentsov mengungkapkan pandangan politiknya selama persidangan dengan menyatakan dia percaya Rusia akan menolak penguasa mereka seperti Ukraina bangkit melawan "rezim kriminal" Yanukovich.
Tayangan televisi menunjukkan Sentsov dan Kolchenko tertawa mencemooh di ruang sidang ketika vonis kepada mereka dijatuhkan. Mereka kemudian saling merangkul dan menyanyikan lagu kebangsaan Ukraina.
Sentsov kemudian berteriak "Kemuliaan bagi Ukraina!" Pengacaranya, Svetlana Sidorkina, mengatakan mereka akan mengajukan banding terhadap putusan Mahkamah Agung Rusia dan Pengadilan HAM Eropa.
Presiden Ukraina, Petro Poroshenko, dalam pesan pada halaman Facebook miliknya, mendesak para terdakwa tetap berjuang, sembari menambahkan: "Akan datang suatu saat ketika mereka yang mengorganisir sidang ini duduk di bangku terdakwa."
Penuh penyimpanganAmnesty International mengecam persidangan Sentsov dan Kolchenko dan menilai persidangan itu penuh dengan penyimpangan.
Dalam kasus serupa, pilot militer Ukraina Nadezhda Savchenko, juga dijadwalkan segera menjalani persidangan di Rusia.
Dia ditangkap saat berperang dengan pemberontak di timur Ukraina pada 2014 dan terancam 25 tahun penjara jika terbukti bersalah dalam pembunuhan dua wartawan Rusia di zona konflik.
Sejumlah kelompok HAM dan Kiev menilai Savchenko merupakan tahanan politik. Pemimpin negara-negara Barat telah berulang kali mendesak Rusia untuk membebaskannya.
Sejumlah pakar di Kiev dan Moskow menyatakan bahwa Savchenko kemungkinan besar akan dinyatakan bersalah meskipun dia menolak tuduhan
tersebut.
Meski demikian, ketiga warga Ukraina mungkin saja dibebaskan atau ditukarkan dengan pasukan Rusia yang ditahan di Ukraina.
Pada Senin (24/8), Presiden Poroshenko mengadakan pembicaraan di Berlin dengan para pemimpin Jerman dan Perancis tentang konflik di timur Ukraina, yang beberapa pekan terakhir diwarnai gencatan senjata yang mudah berakhir.
Rusia mencaplok Crimea setelah aksi protes di Kiev menggulingkan mantan presiden Ukraina yang pro-Kremlin, Viktor Yanukovich. Gerakan pemberontakan separatis yang didukung Rusia kemudian meletus di Ukraina timur. Lebih dari 6.500 orang tewas akibat pemberontakan ini.
Barat telah memberlakukan sanksi terhadap Rusia atas perannya dalam konflik di Ukraina. Moskow membantah tuduhan mengirimkan pasukan dan senjata untuk milisi separatis.
(ama/ama)