Jakarta, CNN Indonesia -- Komandan senior di Partai Pekerja Kurdistan (PKK) menyerukan pengikutnya untuk menahan diri dari serangan tak beralasan terhadap pasukan keamanan Turki, setelah kekerasan meningkat di Turki tenggara menyusul runtuhnya gencatan senjata antara PKK dan pemerintah.
Lebih dari 60 polisi dan tentara telah tewas dalam serangan oleh PKK dan kelompok afiliasinya, hampir 200 terluka, meruntuhkan gencatan senjata yang telah disepakati selama 2,5 tahun.
Kantor berita milik pemerintah Turki, Anadolu, mengatakan 800 pejuang PKK telah tewas. Namun angka itu sulit diverifikasi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Tidak ada serangan yang perlu dilakukan terhadap tentara yang tidak dalam operasi atau menyerang gerilyawan atau warga sipil, yang tidak terlibat dalam administrasi politik, yang hanya di perbatasan untuk membela negara mereka atau menjaga pos," kata Duran Kalkan, anggota komite eksekutif PKK, kepada Firat News, media yang beraliansi pada kelompok itu.
PKK menjauhkan diri dari pembunuhan dua polisi pada 22 Juli yang diklaim oleh kelompok sempalan, mengatakan para pembunuh adalah bagian dari kelompok lokal yang tidak berhubungan dengan PKK. Turki memulai operasi militer di Irak utara untuk menggempur gerilyawan PKK setelah serangan itu.
Kalkan juga menyerukan tentara Turki untuk tidak menjadi mangsa "latihan perang" Partai AK yang berkuasa. Ia menuduh pemerintah menggunakan angkatan bersenjata untuk mempertahankan cengkeraman mereka di Turki setelah gagal mempertahankan kemenangan mayoritas dalam pemilihan 7 Juni kemudian gagal pula membentuk pemerintahan koalisi. Pemilu dadakan dijadwalkan pada 1 November mendatang.
Kaum Kurdi menuduh pemerintah menggunakan kampanye militer untuk menghambat ambisi politik Kurdi setelah Partai Demokrasi Rakyat (HDP) menjadi partai pro-Kurdi pertama yang masuk parlemen. Ankara membantah tuduhan tersebut.
Turki telah menyatakan keprihatinan soal kemajuan kaum Kurdi di Suriah, di mana kelompok-kelompok yang bersekutu dengan PKK telah bekerja sama dengan Amerika Serikat untuk melawan ISIS.
PKK dianggap sebagai organisasi teroris oleh Turki, Amerika Serikat dan Uni Eropa. Lebih dari 40 ribu orang, sebagian besar orang Kurdi, telah tewas sejak PKK mengangkat senjata pada 1984.
(stu)