Jakarta, CNN Indonesia -- Pejabat palang Merah Korea Utara dan Korea Selatan memulai pembicaraan soal penyelenggaraan reuni bagi para keluarga yang terpisah pada Perang Korea, pada Senin (7/9), di desa perbatasan Panmunjom.
Dikutip dari Channel NewsAsia, pembicaraan pejabat Palang Merah kedua Korea diharapkan dapat membuahkan kesepakatan soal tanggal dan tempat acara reuni ini digelar. Hingga kini, kemungkinan besar reuni digelar di Gunung Kumgang Utara, pada awal Oktober.
Perang Korea yang berlangsung pada 1950-1953 menyebabkan jutaan orang terpisah dari sanak keluarga mereka karena terbelahnya Korea. Sebagian besar sudah meninggal tanpa memiliki kesempatan untuk melihat keluarga mereka yang tinggal di wilayah Korea lainnya, karena semua komunikasi sipil dilarang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sekitar 66 ribu warga Korea Selatan, sebagian besar berusia 80 hingga 90 tahun, mendaftarkan diri untuk mengikuti reuni tahunan Namun, setiap kali reuni digelar, hanya beberapa ratus orang terpilih yang dapat mengikuti reuni.
Program reuni keluarga Korut dan Korsel mulai digalakkan setelah KTT Korea Utara-Selatan terjadi pada 2000. Reuni ini awalnya dijadwalkan sebagai acara tahunan, tetapi hubungan lintas perbatasan kedua Korea yang naik turun menyebabkan hanya satu reuni yang digelar selama lima tahun terakhir.
Reuni yang jarang terjadi ini diperkirakan akan berlangsung emosional. Meskipun demikian, tidak ada kepastian reuni untuk ini akan jadi digelar. Korut kerap memanipulasi isu reuni untuk memengaruhi Korea Selatan.
Kesepakatan Korut dan Korsel untuk menyelenggarakan reuni keluarga pada tahun ini merupakan buah dari kesepakatan kedua Korea untuk mengakhiri ketegangan militer lintas-perbatasan, dua pekan lalu.
Reuni yang emosionalBagi warga Korut dan Korsel yang telah mendaftarkan diri, reuni merupakan ajang yang emosional, karena meningkatkan harapan mereka untuk bertemu dengan keluarga yang mereka rindukan.
 Sebagian besar warga yang mendaftarkan diri untuk reuni tahunan kedua Korea berusia 90 tahun. (Reuters/Kim Hong-Ji) |
Namun, banyak warga yang terpaksa tak dapat mengikuti reuni, meskipun mereka telah mendaftarkan diri. Pada reuni keluarga yang digelar pada Februari 2014, penyelenggara reuni menggunakan komputer yang memilih 500 warga secara acak, berdasarkan usia dan latar belakang keluarga.
Setelah proses wawancara, pemeriksaan medis, dan pemeriksaan apakah keluarga yang ini ditemui masih hidup, hanya 200 orang yang dinyatakan dapat mengikuti reuni, dengan rincian 100 warga Korut dan 100 warga Korsel.
Reuni tersebut juga terancam batal dan diwarnai dengan negosiasi para pejabat karena Korut mengancam reuni dibatalkan jika Korsel tidak menunda latihan militer tahunannya.
(ama/stu)