Dokter Pembunuh Singa Cecil Akhirnya Angkat Bicara

Hanna Azarya Samosir | CNN Indonesia
Selasa, 08 Sep 2015 10:13 WIB
Setelah lebih dari satu bulan bungkam, Walter Palmer, dokter gigi pembunuh singa kesayangan warga Zimbabwe, Cecil, akhirnya angkat bicara.
Walter Palmer mengaku tak mengetahui bahwa singa yang diburunya pada Juli lalu merupakan hewan kesayangan masyarakat Zimbabwe. (Dok. Trophyhuntamerica.com)
Jakarta, CNN Indonesia -- Setelah lebih dari satu bulan bungkam, Walter Palmer, dokter gigi pembunuh singa kesayangan warga Zimbabwe, Cecil, akhirnya angkat bicara.

Berbicara kepada Minneapolis Star Tribune, Minggu (6/9), dokter berusia 55 tahun tersebut mengaku telah kembali membuka praktiknya di Bloomington sejak Selasa lalu.

"Saya memiliki banyak anggota staf dan saya sedikit sakit hati menyebabkan gangguan dalam hidup mereka. Saya adalah pekerja kesehatan profesional. Saya harus kembali ke staf dan pasien saya dan mereka juga mau saya kembali. Itulah mengapa saya kembali," ujar Palmer seperti dikutip CNN.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebelumnya, tempat praktiknya beroperasi seperti biasa tanpa kehadirannya. Jejak Palmer menghilang sejak media-media di seluruh dunia memberitakannya sebagai pemburu yang membunuh Cecil dalam sebuah pertandingan pada Juli lalu.

Selama bersembunyi, tak hanya Palmer yang mendapat tekanan, tapi juga keluarganya.

"Ini sangat sulit bagi istri dan putri saya. Mereka diancam di media sosial, dan lagi-lagi saya tidak mengerti tingkat kemanusiaan yang melibatkan orang yang sebenarnya tidak ada hubungannya sama sekali," katanya.

Kematian Cecil memang membuat jejaring sosial gempar. Tagar #WalterPalmer pun meledak di berbagai media sosial. Manusia memalukan, pembunuh, dan iblis adalah beberapa kata yang kerap disematkan di belakang tagar tersebut.

Selebritis seperti Cara Delevinge, Alyssa Milano, dan Sharon Osbourne, dengan jumlah pengikut jika diakumulasikan mencapai 8,39 juta, pun turut serta.

Menurut beberapa pengamat, ganjaran hukuman sosial ini patut diterima Palmer. Pasalnya, proses kematian Cecil dianggap sangat tragis.

Setelah ditembus panah Palmer, Cecil tak langsung tewas. Ia bertahan hidup selama 40 jam hingga akhirnya para pemburu memutuskan untuk menembaknya dengan senapan. Cecil kemudian dikuliti dan diputus kepalanya.

Namun, dalam wawancara dengan Star Tribune, Palmer mengaku langsung membunuh Cecil dengan anak panah lain ketika melihat singa tersebut menderita. Para pemburu kemudian mencoba menghancurkan kalung GPS yang melingkar di leher Cecil sebagai alat penelitian Oxford University.

"Saya tidak tahu bahwa singa yang saya ambil itu terkenal, kesayangan warga lokal, dan sudah ditandai sebagai bagian dari penelitian hingga akhir berburu. Saya mengandalkan keahlian pemandu profesional saya untuk memastikan bahwa kami melakukan perburuan legal," tulisnya dalam pernyataan pada Juli lalu.

Palmer berkilah bahwa kalung GPS Cecil tak terlihat di malam hari. Ia pun mengatakan bahwa memburu singa yang sudah diberi tanda sama sekali tidak ilegal.

Akibat kasus ini, dua warga Zimbabwe diadili, Pemerintah pun ingin Palmer diekstradisi agar dapat diadili. Palmer mengaku akan kooperatif mesikupun belum ada pihak berwenang yang menghubunginya.

Kendati demikian, Palmer sudah memiliki pengacara konsultan tanpa bayaran yang menemaninya dalam sesi wawancara tersebut, yaitu Joe Friedberg. Menurut Friedberg, Palmer tidak butuh pengacara hingga pemerintah Zimbabwe atau Amerika Serikat melayangkan klaim hukum.

"Tidak ada tuntutan resmi yang mengatakan ia melakukan kesalahan," ucap Friedberg.

Meskipun kasus Palmer belum ditindaklanjuti, donasi untuk upaya konservasi hewan liar terus berlanjut. Hingga akhir Agustus, dana yang sudah terhimpun mencapai US$977 ribu atau setara Rp13,9 miliar, diperkirakan dapat membiayai Hwange National Park selama empat tahun.

"Jumlah donasi yang telah diterima universitas dari rekan-rekan di seluruh pelosok dunia sangat melebihi perkiraan dan sangat kami hargai," tulis Oxford University dalam pernyataan resminya. (stu)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER