Politisi Belanda Sebut Krisis Imigran Eropa 'Serbuan Islam'

Amanda Puspita Sari/Reuters | CNN Indonesia
Kamis, 10 Sep 2015 19:49 WIB
Politisi Belanda yang terkenal anti-Islam, Geert Wilders menyebut arus imigran di Eropa beberapa bulan terakhir sebagai 'Serbuan Islam'.
Politisi Belanda yang terkenal anti-Islam, Geert Wilders menyebut arus imigran di Eropa beberapa bulan terakhir sebagai 'Serbuan Islam'. (Reuters/Fabrizio Bensch)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pemimpin sayap kanan Belanda, Geert Wilders menyebut arus imigran ke Eropa dalam beberapa bulan terakhir sebagai suatu "serbuan Islam" di hadapan parlemen Belanda pada Kamis (10/9).

Dilaporkan Reuters, Wilders, politisi Partai Kebebasan yang terkenal sebagai tokoh anti-Islam sayap kanan menyebut gelombang pengungsi yang melewati Hungaria dan negara-negara merupakan "invasi Islam di Eropa, Belanda."

"Rombongan pemuda usia 20an tahun membanjiri seluruh Eropa, sembari melantunkan doa. Ini adalah invasi yang mengancam kemakmuran kita, keamanan kita, budaya dan identitas kita," kata Wilders.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Para imigran tersebut datang dari berbagai negara konflik, terutama dari Suriah. Hingga saat ini, hanya Jerman yang terlihat begitu terbuka dengan dengan pengungsi.

Wilders mengemukakan bahwa para imigran yang memasuki Eropa melalui Laut Mediterrania adalah bukti bahwa mereka adalah imigran yang melarikan diri karena faktor ekonomi, bukan karena melarikan diri dari perang.

"Turki, Yunani, Macedonia, Serbia adalah negara yang aman. Jika mereka tetap pergi dari negara-negara ini, maka mereka mencari penghidupan yang lebih baik," kata Wilders.

Sebelumnya, Kepala Komisi Eropa Jean-Claude Juncker pada Rabu (9/9) mengimbau seluruh anggota Uni Eropa untuk berbagi beban imigran yang tiba dari berbagai rute.

Pendapat Juncker serupa dengan pendapat Kanselir Jerman Angela Merkel yang meminta adanya pembagian jumlan imigran di Eropa, sesuai kemampuan masing-masing negara Eropa.

Sementara pemerintah konservatif Belanda mengatakan hanya bersedia menerima lebih banyak imigran jika semua negara anggota Uni Eropa menyetujui adanya pembagian kuota imigran.

Dalam jajak pendapat nasional Belanda pekan lalu, sebanyak 52 persen responden menentang penerimaan imigran lebih dari 2.000 orang. Dalam rencana terbaru, Belanda tengah mempertimbangkan menampung 9.000 imigran.

Pemerintahan Perdana Menteri Belanda Mark Rutte menyatakan pada pekan lalu bahwa mereka bersedia menerima lebih banyak pencari suaka, tetapi hal ini merupakan "solusi sementara".

Dalam jangka panjang, Belanda berencana membangung penampungan pengungsi yang lebih baik di dekat zona konflik dan berjanji akan menyumbangkan 110 juta euro pada tahun ini untuk meningkatkan kapasitas fasilitas pengungsi di dekat Suriah.

Sementara politisi oposisi, Jesse Klaver menyatakan, "Kita harus setuju dengan permintaan dari Komisi Eropa tanpa syarat dan tanpa membedakan antara jangka pendek dan panjang."

Pemerintahan koalisi Rutte yang rapuh hampir terbelah pada April karena perbedaan pendapat para pejabat dalam hal kebijakan suaka.
Pemerintah Belanda berencana untuk tetap menjalankan kebijakan yang tidak populer, yaitu mengurangi suplai makanan dan tempat tinggal selama beberapa minggu bagi imigran yang pengajuan suakanya ditolak

UNHCR menunjukkan sedikitnya 366 ribu imigran sudah menyeberangi Laut Mediterania ke Eropa. Mayoritas menuju Eropa Barat, seperti Jerman, negara penampung pengungsi terbanyak. Pada akhir pekan lalu saja,  Jerman menerima 18 ribu pengungsi.  (ama/ama)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER