Atasi Kabut Asap, Malaysia Siapkan Hujan Buatan

Denny Armandhanu | CNN Indonesia
Minggu, 13 Sep 2015 16:55 WIB
Kabut asap membuat kualitas udara di Malaysia sangat buruk. Situasi ini diperkirakan akan bertahan hingga akhir bulan ini di tengah cuaca panas dan kering.
Kabut asap membuat kualitas udara di Malaysia sangat buruk. Situasi ini diperkirakan akan bertahan hingga akhir bulan ini di tengah cuaca panas dan kering. (Reuters/Olivia Harris)
Kuala Lumpur, CNN Indonesia -- Kabut asap diperkirakan masih akan menyelimuti Malaysia hingga akhir bulan ini. Untuk mengurangi Indeks Polutan Udara, API, yang berada di atas angka 100 dalam tiga hari berturut-turut, Badan Meteorologi Malaysia telah bersiap untuk melakukan hujan buatan.

Menteri Teknologi, Ilmu Pengetahuan dan Inovasi Malaysia Madius Tangau mengatakan bahwa kementeriannya akan bekerja sama dengan angkatan udara untuk memicu hujan buatan jika kondisi atmosfer dan awan cocok.

"Peningkatan jumlah titik api di Sumatera dan Kalimantan serta cuaca yang panas dan  kering dalam beberapa hari terakhir menyebabkan asap tebal di Sarawak dan beberapa negara bagian di semenanjung," kata Madius, dikutip AsiaOne, Minggu (13/9).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kementerian tersebut juga mengeluarkan peringatan jarak pandang buruk bagi kapal yang melintasi Selat Malaka, Sarawak, Labuan dan pantai barat Sabah.

Menteri Lingkungan dan Sumber Daya Alam Wan Junaidi Tuanku Jaafar mengatakan bahwa cuaca kering dan berkabut ini diperkirakan baru akan reda pada akhir bulan ini seiring dimulainya musim penghujan pada Oktober.

Per pukul 11 siang kemarin, sebanyak 17 wilayah di Malaysia dinyatakan buruk kualitas udaranya. Wilayah terburuk dengan pencatatan API lebih dari 150 adalah Port Klang, Batu Muda, Kuala Lumpur, Shah Alam dan Kuala Selangor.

Malaysia diperkirakan akan segera menandatangani perjanjian baru selama lima tahun dengan Indonesia untuk mengatasi kabut asap yang berulang setiap tahunnya.

Wan Junaidi dijadwalkan bertemu dengan pejabat Indonesia pada 18 September mendatang untuk membicarakan masalah ini.

Perjanjian itu, seperti yang dikutip dari Borneo Post, berisikan tata cara kedua negara saling membantu dan berbagi gagasan jika terjadi pembakaran hutan atau lahan. (den)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER