Celah Keamanan Tak Hanya Mengintai Konstruksi Masjidil Haram

Denny Armandhanu | CNN Indonesia
Senin, 14 Sep 2015 17:05 WIB
Tak hanya di Masjidil Haram, pembangunan kota Mekkah di luar masjid suci umat Islam itu juga disebut banyak tak memperhatikan aspek keselamatan.
Ilustrasi (Reuters/Muhammad Hamed)
Mekkah, CNN Indonesia -- Ambisi Arab Saudi meningkatkan kapasitas Masjidil Haram demi menampung lebih banyak jemaah dihantui bayangan buruknya keamanan dalam sistem konstruksi. Puncaknya adalah ambruknya crane yang menimpa para jemaah, menewaskan ratusan orang, termasuk warga Indonesia.

Menurut aktivis lingkungan di Saudi, yang dikutip The Guardian, Minggu (13/9), pembangunan di Saudi tidak hanya di Masjidil Haram, tapi di wilayah sekitar masjid suci umat Islam itu. Pembangunan dilakukan secara merajalela, tanpa memperhatikan keselamatan warga.

Selain keamanan, aktivis juga menyayangkan pembangunan oleh pemerintah yang terkadang terpaksa menghancurkan situs-situs bersejarah umat Islam.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Setiap dua tahun pemerintah punya rencana pembangunan baru yang tidak ada hubungannya dengan pembangunan sebelumnya. Mereka terpaksa harus menghancurkan bagian dari masa lalu. Inilah mengapa rakyat Mekkah dan jemaah haji harus menderita dalam 15 tahun terakhir," kata aktivis yang menolak disebut namanya ini.

Perluasan Masjidil Haram ditetapkan oleh Raja Abdullah pada 2011. Jika proyek yang direncanakan selesai pada 2020 ini rampung, Masjidil Haram akan mampu menampung lebih dari 2,5 juta jemaah.

Sementara itu proyek pengembangan kota Mekkah digarap oleh perusahaan pengembang Saudi Binladin Group. Disebutkan, jika proyek ini rampung, maka akan ada banyak perumahan, jalan tol, tempat parkir dan sistem metro baru.

Menurut aktivis, pembangunan ini kerap memakan korban, namun jarang diberitakan. "Ada beberapa kecelakaan kecil, pekerja tewas, namun tidak pernah sampai ke media. Insiden kali ini, mereka tidak bisa menyembunyikannya lagi," kata aktivis tersebut.

Adanya kecelakaan terhadap pekerja dibenarkan oleh pekerja asal Indonesia, Sriyono Bashier. Dia mengatakan, seorang pekerja konstruksi di Masjidil Haram asal Indonesia meninggal pekan lalu setelah jatuh dari ketinggian.

Namun dia mengatakan, kecelakaan itu adalah akibat kelalaian, karena pekerja itu salah memasukkan tali pengaman. "Sehari yang lalu, pekerja Pakistan tergencet bus dan pembatas jalan, kakinya remuk," kata Sriyono pada CNN Indonesia.

Keamanan pekerja memang telah memenuhi standar internasional, namun dia mengatakan terkadang hal itu lalai diterapkan karena mengejar target. "Dari peraturan keamanan, oke. Cuma yang jadi masalah dari mandornya yang tidak mau tahu, yang penting penuhi target," lanjut dia.

Keselamatan konstruksi juga menjadi masalah bagi warga sekitar pembangunan. Irfan Al-Alawi, direktur eksekutif Islamic Heritage Research Foundation yang bermarkas di Mekkah, mengatakan keselamatan warga terancam karena pembangunan dilakukan sangat dekat dengan permukiman.

"Di London jika ada pekerjaan konstruksi, publik dibuat menjauh. Tapi di Mekkah, mesin ditempatkan di area yang bisa diakses publik. Tidak cukup orang untuk mencegah anak-anak masuk ke tempat berbahaya itu. Bahkan beberapa pekerja tidak menggunakan perangkat keamanan, seperti helm atau sarung tangan, karena sangat panas di luar, suhu musim panas bisa mencapai 45 derajat celcius," kata Alawi.

"Ada 15 dari crane tertinggi di dunia menghadap Masjidil Haram. Crane ini berdiri di sana setidaknya sekama tiga tahun. Jika ada crane yang ambruk, apa yang bisa mencegah crane yang lain tidak jatuh?" lanjut dia.

Ancaman keamanan ini, kata Alawi, juga menghantui pembangunan hotel terbesar di dunia dengan 10 ribu kamar yang akan dibuka tahun 2017.

Salah satu ancaman keamanan pembangunan di Mekkah terekam video. Dalam video tersebut, sebuah bangunan dirubuhkan, namun arus lalu lintas di sampingnya tidak ditutup sehingga mengancam keamanan pengendara dan pejalan kaki.

[Gambas:Youtube]

Mekkah yang berbenah menuju kota metropolis ditakutkan banyak warga kelas menengah yang tinggal di permukiman kecil. Mereka khawatir kompensasi yang diberikan untuk tanah mereka yang akan digunakan untuk pembangunan tidak sesuai.

"Proyek pembangunan ditujukan kerajaan untuk mendistribusikan kekayaan minyak dan perlindungan bagi lingkaran terbatas para pangeran dan antek mereka. Tidak ada  yang berharap pembangunan ini membawa manfaat nyata," kata seorang warga Mekkah yang juga tidak ingin disebut namanya. (den)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER