Pengungsi Rayakan Idul Adha di Kastil Kuno Austria

Reuters | CNN Indonesia
Jumat, 25 Sep 2015 18:08 WIB
Pengungsi dari Suriah, Irak dan Afghanistan merayakan Idul Adha di sebuah kastil tua di pedesaan Austria.
Pemilik kastil menawarkan kastilnya setelah pusat suaka di Wina penuh membludak akibat arus pengungsi yang terus mengalir ke Austria. (Reuters/Leonhard Foeger)
Wina, CNN Indonesia -- Kastil kuno di sebuah desa di Austria, diantara Wina dan Hungaria, menjadi saksi perayaan Idul Adha pada Kamis (24/9).

Warga Desa Bruckneudorf ikut merayakan Idul Adha bersama dengan para pengungsi dari Suriah dan Irak.

Puluhan ribu imigran dari Suriah, Irak, dan Afghanistan, menempuh perjalanan jauh melalui negara-negara Balkan dan tiba di Austria. Kebanyakan ingin melanjutkan ke Jerman atau Swedia secepat mungkin. Namun ada juga yang memutuskan untuk tinggal dan mencari suaka di Austria, beberapa di Bruckneudorf.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Warga Austria adalah orang-orang paling ramah,” kata Abir, seorang guru seni dari kota Deir az-Zour di Suriah, yang duduk sambil menyantap makan malam bersama anak perempuannya yang berusia 12 tahun dan para pengungsi lain.

“Kami tahu bahwa jika ISIS tiba di Deir As-Zour, mereka akan memenggal kepala kami. Kami tak punya makanan,” kata Rama. Ia memakai topi dari wol yang dibuat oleh seorang pensiunan di Bruckneudorf.

Makan malam ala Suriah mereka sudah disiapkan oleh Abu Tayeb, seorang juru masak profesional yang, sama seperti Rama, melarikan diri dari kampung halamannya. Ia belum mendengar kabar dari keluarganya di Deraa, Suriah, selama enam hari.

Makan malam disajikan di aula kastil yang dulu dimiliki Karl Agung dan Kaisar Habsburg, Franz-Josef itu.

Sekarang kastil 162 kamar itu milik Sabine Schoeller-Lamberty, seorang wanita 49 tahun yang bekerja di periklanan dan real estate.

Melarikan diri dari kematian dan kehancuran di rumah mereka, laki-laki, perempuan dan anak-anak dari Suriah dan Irak di aula itu awalnya tedampar di pusat suaka Traiskirchen dekat Wina. Namun pusat suaka itu membludak pada musim panas ini dan ribuan imigran harus tidur di luar ruangan.

Kastil itu memiliki 162 kamar yang bisa ditempati imigran sementara menunggu permohonan suaka mereka diproses. (Reuters/Leonhard Foeger)
Dari Traiskirchen, mereka naik bus ke Bruckneudorf. Schoeller-Lamberty telah menawarkan beberapa kamar di rumahnya untuk pengungsi.
 
Pihak berwenang awalnya menolak usulan Schoeller-Lamberty. Kastil itu perlu dibenahi, kata otoritas. Namun karena arus pengungsi terus bertambah, mereka berubah pikiran.

"Di tengah malam sekitar sepuluh hari yang lalu, sekitar pukul 02.00, dua lusin orang turun dari bus dengan dokumen mereka. Permintaan suaka,” kata Christian Hanel, dewan lokal di komunitas itu.

Dengan bantuan relawan, pemilik kastil memasang listrik di kamar para pengungsi. Sekarang 24 dari para pengungsi yang tinggal di sana sambil memproses permohonan suaka mereka di Austria.

Pada Kamis, anak-anak berjalan di halaman dengan mainan baru yang dihadiahi kepada mereka untuk Idul Adha.

Mengenakan pakaian Islam berwarna hitam dan menghirup segelas anggur putih saat anak-anak itu bermain, Schoeller-Lamberty berkata, "Mereka adalah anak-anak saya dan saya akan berjuang untuk mereka.” (stu)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER