Jakarta, CNN Indonesia -- Insiden desak-desakan di Mina merenggut nyawa lebih dari 700 orang jemaah haji dari berbagai negara--termasuk puluhan orang jemaah Indonesia yang tercatat hingga saat ini--bagi seorang jemaah haji asal Indonesia peristiwa itu terjadi sangat cepat dan mengenaskan.
Syarif Hidayatullah menulis pengalamannya berada di tengah insiden Mina di akun Facebook Forsami, atau Forum Silaturahmi Alumni Ma'had Islamic Center Bin Baz, sebuah pesantren di Yogyakarta.
Pengalaman itu terjadi ketika pria 23 tahun ini bersama dengan kawan-kawannya sesama jemaah haji asal Indonesia akan melempar jumrah, tepatnya sekitar pukul 07.30 waktu setempat, Kamis (24/9).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rombongannya terdiri dari 25 orang, namun menyusut menjadi enam orang karena terpecah di tengah kepadatan manusia. Saat itu rombongannya dialihkan oleh petugas ke jalan 206, dari jalan Malik Fahd, karena terlalu padat.
Jalan 206 ramai lancar, namun di ujungnya sangat penuh sesak, sehingga petugas terpaksa kembali mengalihkan laju para jemaah.
"Tidak lama petugas yang mengatur di sana mengarahkan jemaah untuk putar balik karena jalan ditutup. Otomatis para jemaah haji kecewa, namun dengan tertib para jemaah haji mengikuti arahan petugas untuk berbalik arah dan pergi mengambil jalan alternatif kedua yaitu jalan 204," tulis Syarif.
Di jalan 204 inilah peristiwa mematikan itu terjadi.
Suhu saat itu mencapai 45 derajat Celcius. Jalan 204 yang dipenuhi jemaah asal Afrika dan Mesir yang berbadan besar-besar dan tidak sabar. Memang, ini bukan jalur untuk jemaah asal Indonesia yang berbadan kecil.
"Tiba-tiba entah komando dari mana, para jamaah yang berada di depan berbalik ke belakang dan berteriak "Balik! balik! Putar balik ke belakang!" Dorongan belakang para jemaah yang tak sabar dan dorongan depan dari jemaah yang putar balik tak pelak menimbulkan kekacauan. Saya menjulurkan kepala berusaha untuk tetap bisa meraih nafas satu-dua," tulis dia.
Ratusan jemaah haji jatuh dan terinjak, baik orang tua, wanita dan jemaah berkursi roda. Syarif berusaha untuk tetap berdiri, jika jatuh bisa tamat nyawanya.
"Semua orang berusaha menyelamatkan dirinya sendiri, nafsii nafsii. Tak peduli dimana injakan kaki entah di bumi atau anggota badan orang lain. Yang muda saling berlomba memanjat tenda, yang tua hanya pasrah menunggu akankah ajal tiba. Syukur Alhamdulillah, saat itu posisi kami dekat dengan pos pemadam. Sehingga kami selamat terdorong masuk ke dalam ruang kosong garasi pos pemadam," ujar dia.
Dia menggambarkan keadaan di lokasi usai peristiwa itu seperti bekas terjadi banjir. Barang-barang jemaah berserakan, orang-orang terbaring di tengah jalan, ada yang menangis, berteriak minta air, sebagian pucat pasi tidak mampu berkata-kata.
"Kain ihrom putih ternoda, kursi roda yang ringsek, potongan roti terinjak, hanya itulah yang tersisa. Orang-orang tua yang terbaring lemas dengan muka pucat kesusahan bernapas, tangisan para wanita dan anak kecil, para jamaah yang menjaga anggotanya untuk tetap menjaga asa. Entah kata kesedihan apa lagi yang bisa menggambarkan situasi ini," kata Syarif lagi.
Sebanyak 769 orang meninggal dunia dalam peristiwa itu, lebih dari 900 orang terluka. Sedikitnya 34 orang WNI ikut jadi korban tewas dalam tragedi paling mematikan di Mina sejak tahun 1990 itu.
 Tragedi Mina terjadi ketika jemaah haji akan melempar jumrah yang merupakan bagian dari ritual ibadah haji. (Reuters/Ahmad Masood) |
Pemerintah Saudi masih terus menyelidiki penyebab insiden tersebut.
Kepada CNN Indonesia, Syarif mengatakan dia adalah mahasiswa S1 di Universitas Islam Madinah yang untuk pertama kali ikut haji bersama kawan-kawannya sesama pelajar dari Indonesia. Peristiwa yang dialaminya langsung itu membuatnya mengingat kematian dan perkumpulan manusia di padang mahsyar nanti.
"Banyak korban, saya tidak tahu mana yang masih hidup tapi sekarat, mana yang sudah wafat. Banyak orang minta tolong, minta air, setengah sadar setengah tidak. Tidak terbayang bagaimana parahnya di hari kiamat kelak," tutur Syarif kepada CNN Indonesia.
Syarif membantah kritik sebagian pihak, terutama Iran yang mengatakan Arab Saudi tidak mampu menyelenggarakan haji. Menurut dia, Saudi telah bertindak maksimal dalam melayani para tamu Allah di tanah suci.
"Menurut saya pribadi, kritik terhadap saudi itu kritikan yang sangat tidak tepat. Penyelenggaraan haji oleh Saudi mungkin tidak sempurna, namun saya rasakan sudah sangat maksimal," katanya.
(yns)