New York, CNN Indonesia -- Iran dapat menjadi fasilitator dalam penyelesaian politik di Suriah, tetapi Presiden Bashar al-Assad tidak bisa menjadi bagian dari itu, Presiden Prancis Francois Hollande mengatakan kepada Iran dalam pertemuan pada Minggu (27/9), menurut seorang pejabat Perancis.
"Iran adalah pemain (di wilayah tersebut), tetapi juga fasilitator," kata pejabat itu, yang berbicara dengan syarat anonim. "(Hollande) mengatakan bahwa pertanyaan soal Assad tidak bisa ditawarkan sebagai jawaban."
Pertemuan pertama antara Iran dan Perancis pada Minggu adalah yang pertama sejak kesepakaran nuklir Iran tercapai pada Juli. Pertemuan ini juga ditujukan untuk mempersiapkan kunjungan kenegaraan Presiden Iran Hassan Rouhani ke Perancis pada pertengahan November guna meningkatkan hubungan bisnis dan politik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meskipun sejarah panjang hubungan komersial, politik dan sosial dengan Iran—di akhir 1970-an pemimpin revolusi Ayatollah Ruhollah Khomenei tinggal di pengasingan di dekat Paris—Perancis mengambil posisi sebagai salah satu pihak yang paling keras dalam kesepakatan nuklir.
Pejabat itu mengatakan kedua presiden telah membahas situasi di Yaman, Libanon serta Suriah. Ia juga menambahkan bahwa sementara Hollande menyampaikan belasungkawa kepada Rouhani atas tragedi yang menimpa jemaah haji Iran di Mina, ia mengingatkan bahwa insiden tersebut seharusnya tidak menambah ketegangan antara Iran yang didominasi Syiah dan Arab Saudi yang didominasi Sunni.
"Apa yang Rouhani inginkan adalah untuk menunjukkan bahwa hubungan Perancis-Iran telah dimulai lagi secara bilateral pada tingkat tinggi setelah kesepakatan nuklir dan sehingga di Paris kita bisa berbicara mendalam tentang persoalan lain,” ujar pejabat itu.
Sebuah delegasi ekonomi dan politik Perancis telah melakukan perjalanan ke Teheran pada 21 September untuk meletakkan dasar untuk kontrak bisnis pertama antara kedua negara sejak kesepakatan bulan Juli.
Kelompok lobi bisnis Perancis, The Medef, mengirim delegasi yang terdiri lebih dari 130 perusahaan, termasuk perusahaan besar seperti Total, Airbus dan Peugeot.
"Kami bekerja untuk menyederhanakan hubungan ekonomi," kata pejabat itu. "Kami membahas sektor termasuk teknologi, energi, transportasi dan mobil, yang dulu sangat penting bagi kami.”
(stu)