Teheran, CNN Indonesia -- Mantan Presiden Mahmoud Ahmadinejad menyiratkan sinyal akan kembali ke perpolitikan Iran dengan melancarkan kampanye politik jelang pemilihan anggota parlemen Februari tahun depan. Kehadiran Ahmadinejad tidak ayal jadi ancaman bagi pemerintahan moderat Hassan Rouhani yang hendak berbaikan dengan Amerika Serikat.
Seperti diberitakan Al-Arabiya, Senin (3/8), Ahmadinejad mengumpulkan para pendukungnya pada Kamis pekan lalu. Pria 58 tahun ini mulai bersuara setelah dua tahun bungkam, dengan bersumpah akan "menggagas kembali idealisme revolusioner" yang dicanangkan oleh pemimpin revolusi Iran 1979, Ayatullah Khomeini.
"Dengan izin Tuhan, kemenangan dan masa depan gemilang menanti kita. Namun, akan ada hambatan dan rintangan setan di jalan kita nanti," kata Ahmadinejad di hadapan sekitar 400 pendukungnya di Teheran.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejak menjabat presiden Iran tahun 2005 hingga 2013, Ahmadinejad terkenal dengan pidatonya yang berapi-api, terutama dalam menentang imperialisme Amerika. Dalam pidatonya pekan lalu, dia kembali menegaskan permusuhan abadi antara Negara Mullah itu dengan Paman Sam, terutama dalam hal energi nuklir.
"Seseorang tidak boleh lupa bahwa AS adalah musuh kita," kata Ahmadinejad.
Ahmadinejad dalam kesempatan itu tidak mengomentari perundingan nuklir dengan Barat yang sukses menghasilkan kesepakatan.
AhmadinejanismeDia diyakini masih memiliki dukungan kuat terutama di wilayah perdesaan. Saat memimpin, Ahmadinejad membuat program populis yang memberikan uang tunai pada warga miskin setelah memangkas subsidi energi dan pangan, serta atas kecamannya terhadap kapitalisme dan ketidakadilan Barat.
Selama menjabat presiden juga, dia menerima ribuan surat setiap harinya dari rakyat jelata yang mengadu atau mengeluh. Kini, warga masih antre di depan kediamannya di Teheran untuk meminta bantuan, menandakan karisma yang belum pudar dari pemimpin yang sering diboikot saat berpidato di PBB ini. Pengamat menyebut fenomena ini sebagai "Ahmadinejadisme".
 Presiden Ahmadinejad menyiratkan sinyal akan kembali ke perpolitikan Iran. (Getty Images) |
Mantan wakil perdana menteri Sadeq Kharrazi, seorang politisi reformis, mengatakan Ahmadinejadisme -buah dari kebijakan ekonomi yang populis dan kebijakan luar negeri yang arogan- masih menjadi "ancaman bagi negara ini."
Musuh Ahmadinejad adalah warga kelas atas dan pelaku usaha yang menyalahkannya atas krisis ekonomi di Iran. Negara itu dibanjiri sanksi dan embargo karena Ahmadinejad dianggap keras kepala, enggan berunding soal nuklir.
Pengamat politik di Teheran Saeed Leilaz mengatakan bahwa kembalinya Ahmadinejad ke peta politik Iran tergantung dari Khamenei. Ahmadinejad, kata Leilaz, adalah sosok penting bagi Khamenei yang bisa menyeimbangkan parlemen.
Leilaz mengatakan bahwa Khamenei cenderung ingin menyeimbangkan antara kubu konservatif, garis keras dan moderat di parlemen.
Ahmedinejad memang terlibat skandal korupsi setelah dua mantan wakil presidennya dipenjara atas kasus tersebut. Namun jika Khamenei memberi restu bagi dia untuk maju, Ahmadinejad dianggap tidak terlibat dalam kasus itu.
Kubu konservatif khawatir, moderat yang dipimpin Rouhani akan membuka negara itu bagi kebudayaan barat yang bisa mengikis nilai-nilai Syiah yang mereka anut. Sementara kubu garis keras yang hingga kini menjuluki AS sebagai "setan" khawatir kesepakatan nuklir dengan AS bisa melucuti kekuatan Iran.
"Dia (Ahmadinejad) bisa muncul lagi tanpa persetujuan kekuatan eselon. Kembalinya Ahmadinejad berarti Khamenei ingin menggunakannya sebagai penyeimbang untuk mengendalikan reformis di pemilu berikutnya," ujar Leilaz.
Mehrdad Khadir, jurnalis dari sebuah koran moderat di Teheran, mengatakan bahwa Ahmadinejad dan sekutunya bisa memenangkan kursi minoritas pada pemilu Februari mendatang. Dan dengan dukungan Khamenei, bukan tidak mungkin Ahmadinejad maju lagi ke bursa pemilihan presiden pada 2017.
"Masyarakat kelas bawah, yang mudah tertarik dengan slogan sederhana, kemungkinan masih suka gaya Ahmadinejad, bahkan jika secara pribadi mereka tidak menyukainya," kata Khadir.
(den)