Jakarta, CNN Indonesia --
Tampak belum puas menewaskan sembilan orang di Ruang 15 kampus Umpqua Community College di Oregon, pada Kamis (1/10), Chris Harper Mercer, mulai melangkah ke kelas lain.
Jumlah korban mungkin saja lebih banyak. Nama seorang korban terluka, Chris Mintz, disebut-sebut sebagai pahlawan karena mencegah Mercer keluar dari ruangan.
Timah panas dari senapan Mercer memang menembus tubuh veteran tentara Amerika Serikat ini. Namun, Mintz berhasil menghimpun tenaga dan keberanian untuk mencegah Mercer melakukan aksi lebih jauh.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berlumuran darah, Mintz memohon kepada Mercer, mengatakan bahwa hari itu merupakan ulang tahun putranya. Meskipun sempat melepaskan beberapa peluru lagi, Mercer akhirnya berhenti melangkah.
"Pelaku tidak dapat keluar dari ruang kelas karena Chris menghentikannya," ujar mantan kekasih Mintz yang juga merupakan ibu dari putranya, Jamie Skinner.
Hingga akhirnya polisi tiba di lokasi dan Mercer pun tewas dalam baku tembak.
Setelah tragedi mematikan tersebut, Skinner sempat bertanya-tanya, betapa mudahnya seorang pemuda berusia 26 tahun seperti Mercer memiliki banyak senjata.
Dalam aksi ini saja, Mercer membawa enam pistol, satu senapan laras panjang, dan lima kotak peluru. Saat menggeledah apartemen Mercer di Winchester, polisi menemukan tujuh senjata api lain beserta persediaan amunisinya.
Setelah melakukan penyelidikan, diketahui bahwa Mercer sempat mendaftarkan diri untuk mengikuti pelatihan di akademi penggunaan senjata pribadi, Seven 4 Para, California.
Menurut agen khusus dari Biro Alkohol, Tembakau, Senjata Api, dan Peledak Amerika Serikat, Celinez Nunez, seluruh senjata Mercer dibeli secara legal pada 2012 hingga 2013.
"Kami ingin dia mengikuti kursus keamanan bagi pemula dan dia mencoba mengatkaan kepada saya bahwa sebelumnya dia sudah berpengalaman dengan senjata api. Saya punya perasaan tidak baik dengannya, jadi saya menolaknya," kata kepala instruktur Seven 4 Para, Eloy Way.
Way mengaku takut Mercer menyalahgunakan kemampuannya menggunakan senjata.
"Ia adalah tipe anak muda yang aneh dan sepertinya dimanjakan, tidak dewasa. Ia sedikit terlalu cemas untuk mengikuti pelatihan tingkat tinggi. Tidak ada alasan untuk itu," katanya.
(stu/stu)