Operator Perjalanan Yunani Raup Untung dari Pengungsi

Melodya Apriliana | CNN Indonesia
Rabu, 07 Okt 2015 19:28 WIB
Para agen perjalanan di Yunani menangguk untung besar dengan mengantarkan para pengungsi menuju perbatasan negara lain di Eropa.
Para agen perjalanan di Yunani menangguk untung besar dengan mengantarkan para pengungsi menuju perbatasan negara lain di Eropa. (Reuters/Yannis Behrakis)
Athena, CNN Indonesia -- Dengan lembar pengumuman di tangan, Bouchoris dan tim agen pariwisatanya menunggu kedatangan di salah satu pelabuhan sibuk di Yunani, Piraeus, dekat Athena. Di pelabuhan ini, sekitar 5.000 orang tiba Selasa (6/10) kemarin dengan kapal dari pulau-pulau terpencil dekat Turki.

Biasanya operator perjalanan ini menunggu para turis dari Jerman, Italia atau Korea, tapi kini mereka menanti pengungsi Suriah. Tur yang biasanya mengantar wisatawan ke reruntuhan kuno di ibukota Yunani, kini justru mengarah ke perbatasan Yunani-Masedonia di utara.

Puncak musim liburan di Yunani mestinya telah berakhir Agustus lalu. Namun bagi banyak agen perjalanan, Oktober lah saatnya menangguk untung.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kami telah mengerahkan 20 hingga 25 bus per hari, sekitar 1.250 orang diangkut setiap harinya," kata Bouchoris, dilansir dari Reuters, Rabu (7/10), mengenang kembali musim liburan di awal September.

Ratusan ribu orang yang melarikan diri dari perang di Suriah, Irak, dan Afghanistan, menempuh perjalanan ke Eropa melalui timur Yunani. Dengan perahu karet yang penuh sesak, perjalanan singkat yang berbahaya itu dimulai dari Turki.

Dari Yunani, mereka lanjut ke perbatasan utara, menuju ke negara-negara Eropa lainnya seperti Jerman, Austria, atau Swedia, yang lebih siap menampung mereka.

Di Piraeus, puluhan orang bergegas ke dermaga sambil menggendong anak-anaknya dan barang bawaan di dalam tas belanja atau ransel. Sebagian langsung menaiki bus sewaan pemerintah ke terminal bus maupun stasiun kereta, sementara mereka yang tak punya uang tunai hanya bisa menunggu di alun-alun kota Athena.

Perjalanan bus delapan jam yang dipesan melalui agen perjalanan untuk menyeberangi perbatasan Yunani dan Masedonia bernilai seharga 60 euro (Rp930 ribu) dan 30 euro (Rp465 ribu) untuk anak-anak di bawah 10 tahun.

Para pengungsi dengan tiket di tangannya itu, menatap bus-bus yang terparkir di luar pelabuhan dengan penuh ketakutan, seiring otoritas yang melarang masuk operator tur ke dalam pelabuhan.

Dalam setelan rapinya, Bouchoris menunggu 40 orang di dermaga. Dua bus milik agennya telah berangkat ke perbatasan Selasa kemarin, sementara rombongan lainnya diperkirakan berangkat pada Rabu malam.

Bouchoris telah menjalankan bisnis agen perjalanan lintas negara itu sejak 2004 sebagai bisnis keluarga. Perusahaannya telah bermitra dengan 45 agen lainnya yang tersebar di hampir seluruh Kepulauan Aegean tempat tibanya para pengungsi, seperti Kos, Lesbos, Symi, Kalymnos, dan Leros.

Arus imigran yang membeludak bulan lalu membuatnya menambah sembilan orang pekerja lagi demi menangani mereka, sehingga karyawannya kini berjumlah 36 orang, termasuk dua orang penerjemah.

Pengungsi melalui perjalanan yang penuh bahaya untuk kabur dari konflik di Suriah atau Irak menuju Eropa. (Reuters/Laszlo Balogh)
Kapal, bus dan jalan kaki

Menurut Badan Perbatasan Uni Eropa, Frontex, ada 88 ribu imigran yang tiba di Yunani Agustus lalu, yakni 11 kali lipat daripada jumlah kedatangan imigran tahun lalu di bulan yang sama.

Angka kedatangan kian meningkat beberapa minggu ini, sebab pengungsi bergegas pergi ke Eropa sebelum badai musim gugur bakal mencegah agen-agen perjalanan untuk menjemput mereka di Piraeus.

Selain Bouchoris, Dimitris Vasiliou juga ada di sana. Ia melambaikan logo Thiamis, agen perjalanannya, sambil menunggu penumpangnya yang telah memesan perjalanan ke utara, dalam satu hingga dua bus per hari.

Di antara "turis" Thiamis, terdapat pasangan kakak-adik, sekelompok pria muda, serta pasangan suami-istri bersama lima anaknya, semuanya dari Suriah.

"Saya meninggalkan Suriah karena (Presiden) Bashar al-Assad menjatuhkan bom besar di rumah kami," kisah Louay, karyawan berusia 45 tahun dari kota Homs, pusat pemberontakan terhadap kekuasaan Assad sekaligus benteng oposisi utama hingga tentara Suriah merebut kembali pada Mei 2014.

Louay bercerita, pertama ia mesti membayar seorang tentara Suriah agar bisa pergi. Bersama istri dan lima anaknya, mereka seringkali harus berjalan kaki, hingga berperahu bersama 30 orang lainnya dari pelabuhan Izmir, Turki, menuju Lesbos. Pelayaran itu diwarnai dengan cuaca buruk, dan mengorbankan jiwa delapan orang.

Dari Lesbos ke Piraeus, pasangan tersebut menghabiskan 120 euro (Rp1,8 juta) untuk feri sewaan pemerintah, plus 110 euro (Rp1,7 juta) untuk bus ke perbatasan. Saat ditanya bagaimana mereka akan mencapai Swedia dari Masedonia, Louay menjawab sambil tersenyum, "Jalan kaki. Kami akan jalan saja."

Lania Habo, 30 tahun, guru bahasa Inggris dari kota Deraa di Suriah selatan, juga tengah menunggu keberangkatannya. Habo dan adiknya sampai di Yunani dalam dua minggu perjalanan.

"Kami akan sampai di Jerman, insya Allah," kata Habo. (den)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER