Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, dan Presiden Korea Selatan, Park Geun-hye, menyatakan siap bernegosiasi dengan Korea Utara mengenai pencabutan sanksi. Syaratnya, Pyongyang bersedia menghentikan program senjata nuklir.
Dalam pertemuan dengan Park di Gedung Putih pada Jumat (16/10), Obama mengatakan bahwa kesepakatan nuklir Iran dengan AS dapat menjadi pembelajaran bagi kawasan timur laut Asia.
"Ketika Pyongyang mengatakan bahwa kami tertarik untuk mencabut sanksi dan memulihkan hubungan dan kami siap untuk mengadakan perbincangan serius mengenai penghentian nuklir, saya pikir, kami akan siap untuk berdiskusi," ujar Obama.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, Obama menekankan bahwa hal tersebut belum dapat tercapai karena tak ada indikasi Korut ingin bersikap seperti Iran. "Mempertimbangkan untuk tidak mengembangkan senjata nuklir," kata Obama.
Dalam jumpa pers setelah pertemuan bilateral tersebut, Park mengatakan bahwa upaya diplomasi dengan Korut memang penting. Namun, ia tak yakin Korut dapat bernegosiasi. "Ada pepatah mengatakan, 'Anda bisa membawa kuda ke palung, tapi Anda tak dapat memaksanya untuk minum airnya," ucap Park.
Pada Juni lalu, Korea Utara mengatakan bahwa program senjata nuklir sangat penting dan mereka tidak tertarik dengan kesepakatan seperti kasus Iran.
Namun, Park tetap akan mencoba meningkatkan upaya kerja sama mengenai Korea Utara dengan diplomasi tiga negara bersama China dan Jepang. Ketiga pemimpin negara tersebut dijadwalkan bertemu di Seoul, Korsel, pada bulan depan.
Kedekatan antara Korsel dengan Jepang sangat didukung oleh AS. Kedua negara ini memang merupakan sekutu terdekat AS di wilayah Asia.
Namun, pergerakan Korsel yang mulai mendekat ke China sempat membuat AS bingung. Pasalnya, China selama ini dikenal sebagai sekutu Korut.
Ketika pemimpin Korsel menghadiri parade peringatan berakhirnya Perang Dunia II di China, banyak pihak di AS geram. Namun, dalam pertemuan dengan Park ini, Obama menekankan bahwa AS ingin Korsel menjalin hubungan erat dengan China.
Kendati demikian, Obama meminta Korsel untuk bersuara jika China mulai terlihat akan melanggar peraturan internasional. Seperti dilansir Reuters, Obama merujuk pada klaim China atas wilayah sengketa di Laut China Selatan.
"Tentu saja, negara sebesar China, jika mereka dapat bertindak dengan impunitas dan mengabaikan peraturan semau mereka, itu tidak akan baik untuk Anda, baik itu masalah ekonomi atau keamanan," kata Obama.
Namun, Park tak angkat bicara mengenai sikap China. Pada Kamis, Park mengatakan bahwa prinsip pilar ekonomi Obama untuk menyeimbangkan kondisi di Asia dengan menahan pertumbuhan China dapat menguntungkan bisnis di Korsel dan AS.
(stu/stu)