Kairo, CNN Indonesia -- Mesir melangsungkan pemilihan parlemen yang lama ditunggu pada Minggu (18/10), sebuah langkah yang diharapkan mengembalikan negara itu ke sistem demokrasi setelah militer mengambil alih pemerintahan.
Mesir tak memiliki parlemen setelah dibubarkan oleh putusan pengadilan pada Juni 2012. Parlemen ketika itu merupakan hasil dari pemilihan demokratis memang didominasi oleh Ikhwanul Muslimin, kelompok yang memainkan peran kunci dalam penggulingan Hosni Mubarak pada revolusi 2011.
Namun panglima militer Abdel Fattah al-Sisi menggulingkan Presiden terpilih Mohamed Mursi dari Ikhwanul Muslimin di 2013, melarang gerakan Islam tertua di Mesir itu dan menyatakannya sebagai organisasi teroris.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sisi telah berulang kali berjanji akan melangsungkan pemilu namun ditunda, tapi kini akan berlangsung selama dua putaran pada 18-19 Oktober dan 22-23 November.
Minggu ini, pemilih memberikan suara mereka di 14 wilayah termasuk kota kedua Mesir di Alexandria dan Giza, provinsi yang meliputi bagian dari barat Kairo.
Dalam pidato yang disiarkan televisi pada Sabtu kemarin, Sisi meminta semua warga Mesir ke kotak suara dan mendesak angkatan bersenjata dan kementerian dalam negeri untuk mengamankan proses pemungutan suara.
"Saya memanggil Anda semua, pria dan wanita, tua dan muda, petani dan pekerja dari seluruh negeri untuk berjalan (ke kotak suara) demi negara, dan memilih dengan baik," kata Sisi.
(stu)