Jakarta, CNN Indonesia -- Pada Minggu (13/9) dini hari, sejumlah jet tempur Mesir membombardir iring-iringan wisatawan Meksiko di wilayah Gurun Barat, karena menduga konvoi tersebut berisi militan. Insiden tersebut menewaskan 12 warga Mesir dan Meksiko serta melukai 10 orang lainnya.
Susana Calderon Luis, istri salah satu korban yang tewas, menceritakan kembali kronologi insiden yang merenggut nyawa suaminya.
Luis merupakan salah satu dari enam warga Meksiko yang selamat dari insiden tersebut. Luis menyatakan bahwa pasukan keamanan darat telah mengamankan jalur iring-iringan tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami dibom sekitar lima kali dari udara," katanya kepada surat kabar Meksiko, El Universal, dikutip dari Reuters, Kamis (17/9).
Calderon kini masih terbaring di rumah sakit di Kairo karena terluka di lengannya, serta kaki kirinya belum bisa digerakkan. Meski demikian, dokter menyatakan dirinya diperkirakan dapat kembali pulih.
Calderon menceritakan bahwa rombongan turis Meksiko yang terdiri dari 22 orang memarkir iring-iringan kendaraan mereka pada Minggu malam untuk menggelar acara barbekyu di dekat oasis Bahariya, situs wisata terkenal di Gurun Barat.
Tiba-tiba, sejumlah pesawat militer militer mulai menyerang mereka karena menyakini mereka adalah kelompok militan.
Ketika turis mencoba melarikan diri, petugas keamanan di darat menembaki mereka.
"Saya sempat melihat suami saya ketika mereka membawa saya ke tandu untuk dilarikan ke rumah sakit. Dia terluka sangat parah. Lengannya patah, dan memiliki banyak luka di punggungnya, pinggangnya, di punggung dan kakinya," kata Calderon melanjutkan.
"Saya sempat mendengar dia mencintai saya. Dan saya bilang saya mencintainya juga. Dan kemudian saya mendengar apapun lagi," katanya.
Calderon menyatakan bahwa dia diberitahu suaminya meninggal beberapa hari kemudian.
Calderon menyatakan seorang polisi Mesir menemani rombongannya ketika mereka diserang.
Perjalanan itu seharusnya menjadi awal perjalanan yang indah karena Calderon dan suaminya berencana melanjutkan perjalanan ke Perancis, Belgia, Jerman dan Italia.
"Pemandangan gurun sangat indah, tapi tidak ada tempat untuk berlindung, tempat untuk melarikan diri (dari serangan)," katanya.
"Tuhan ingin saya merasakan ketakutan yang sebenarnya," kata Calderon.
Presiden Meksiko, Enrique Pena Nieto mendesak Mesir menyelidiki serangan tersebut untuk menemukan siapa yang bertanggung jawab di balik insiden itu.
Kantor pengadilan Mesir melarang seluruh pemberitaan terkait insiden ini hingga penyelidikan rampung.
Pemerintah Meksiko menuntut agar Mesir memberikan kompensasi kepada para korban.
Pena Nieto menyatakan bahwa enam warga Meksiko yang terluka akan dipulangkan pada Kamis dengan pesawat kepresidenan.
Mesir, negara Arab terpadat, tengah berjuang melawan pemberontakan kelompok militan yang meningkat sejak pertengahan tahun 2013, saat presiden terpilih saat itu, Mohamed Mursi digulingkan Abdel fatah Al-Sisi, presiden Mesir saat ini.
(ama/ama)