Jerman Akan Bantu Keanggotaan Turki di Uni Eropa

Reuters | CNN Indonesia
Senin, 19 Okt 2015 08:20 WIB
Sebagai imbalan membantu arus pengungsi yang membanjiri Eropa, Jerman akan membantu proses keanggotan Turki ke Uni Eropa.
Sebagai imbalan membantu arus pengungsi yang membanjiri Eropa, Jerman akan membantu proses keanggotan Turki ke Uni Eropa. (Reuters/Guido Bergmann/Bundesregierung)
Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Turki Tayyip Erdogan mengatakan bahwa ia telah meminta dukungan dari Kanselir Jerman Angela Merkel—yang sedang berkunjung ke Istanbul—Perancis, Inggris dan Spanyol, untuk mengakselerasi keanggotaan Turki dalam Uni Eropa.

Merkel berada di Turki untuk menawarkan bantuan finansial agar Turki, yang bertetangga dengan Suriah, dapat membantu membendung arus imigran yang kini membanjiri Uni Eropa.

Dalam konferensi pers bersama dengan Perdana Menteri Turki Ahmet Davutoglu pada Minggu (18/10), Merkel mengatakan bahwa Jerman bisa membantu akselerasi proses bebas visa warga Turki ke negara Uni Eropa dan mendorong pembicaraan soal keanggotaan Turki dalam Uni Eropa yang sudah mandek bertahun-tahun.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebagai imbalannya, Merkel berharap Turki setuju menerima kembali imigran yang ditolak oleh Uni Eropa. Hal yang menurut Davutoglu akan ia setujui hanya jika ada kemajuan dalam masalah visa.

"Saya pikir kami telah menggunakan krisis yang kami alami terkait gerakan pengungsi yang sangat kacau dan tidak terkendali, untuk kembali meraih kerja sama yang lebih erat dalam banyak hal, baik antara Uni Eropa dan Turki, dan antara Jerman dan Turki," kata Merkel usai pertemuan dengan Davutoglu.

Dikritik oleh partainya sendiri karena krisis pengungsi, Merkel ingin memastikan kesepakatan Uni Eropa dengan Turki agar pengungsi yang berada di Turki tetap tinggal di sana.

Merkel sebelumnya menolak tekanan untuk memperketat kontrol perbatasan Jerman dan mengembalikan pengungsi yang tiba dari Austria, bahkan ketika Jerman diprediksi akan menerima 800 ribu sampai 1 juta pengungsi tahun ini.

Pemimpin Turki dan Jerman mengatakan mereka telah sepakat bahwa tidak akan ada solusi yang langgeng untuk krisis migrasi tanpa menyelesaikan konflik di Suriah. Sekitar 2 juta warga Suriah kini telah melarikan diri ke Turki.

Davutoglu mengatakan bahwa pembentukan "zona aman" di Suriah utara sangat penting, namun proposal yang diajukan oleh Turki ini tak banyak mendapat sambutan internasional. Ia juga memperingatkan akan adanya gelombang baru pengungsi karena pertempuran di Aleppo yang kini sedang berlangsung.

"Prioritas kami adalah untuk mencegah imigrasi ilegal dan mengurangi jumlah orang yang melintasi perbatasan. Terkait itu kita telah melakukan diskusi yang sangat bermanfaat dengan Uni Eropa baru-baru ini," kata Davutoglu dalam konferensi pers.

Meski begitu, menurutnya, beberapa isu tetap menjadi ganjalan.

"Pertama, berbagi beban pengungsi harus adil. Jumlah bantuan adalah sekunder. Yang lebih penting adalah kemauan umum untuk mengatasi masalah ini. Turki telah ditinggalkan sendirian dalam beberapa tahun terakhir," lanjutnya.

Bebas visa wisata untuk warga Turki harus mulai berlaku pada Juli 2016, sebagai imbalan Turki menerima pengungsi yang ditolak oleh Uni Eropa. Turki juga harus diizinkan untuk berpartisipasi dalam konferensi tingkat tinggi Uni Eropa.

"Jerman siap untuk menawarkan dukungan. Terkait liberalisasi visa, kita bisa bicara di kelompok kerja Jerman-Turki, tentang kemungkinan tertentu yang bisa dilakukan melalui fasilitasi visa," kata Merkel.

Hanya kurang dari dua minggu lalu, Merkel masih mengatakan bahwa ia menolak keangotaan Turki ke Uni Eropa. (stu)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER