Jakarta, CNN Indonesia -- Jumlah kasus kolera di Irak terus bertambah, menjadi lebih dari 1.800 kasus, sementara epidemi ini kini menyebar ke wilayah otonomi Kurdi di utara.
“Sudah ada 1.809 kasus kolera yang tercatat di Irak,” senjak wabah mulai merebak di sepangan Lembah Efrat bulan lalu, menurut pernyataan dari kementerian kesehatan Irak pada Selasa (20/10), dikutip dari Al Arabiya.
Juru Bicara Kementerian Kesehatan, Rifaq al-Araji, mengatakan bahwa wilayah Baghdad dan Babil, di selatan ibu kota, adalah wilayah yang paling parah terkena dampak wabah, dengan masing-masign terdapay 500 kasus.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Wabah sejauh ini sudah menewaskan enam orang, termasuk empat di daerah Abu Ghraib, di awal wabah, saat otoritas masih belum siap menangani epidemi.
Sementara itu kementerian kesehatan di wilayah Kurdi melaporkan terdapat empat wabah kolera, masing-masing dua di Provinsi Arbil dan Dohuk.
Khalis Khadhr, juru bicara kementerian kesehatan wilayah otonomi Kurdi mengatakan bahwa merupakan pengungsi dari wilayah lain di Irak.
Wilayah Dohuk dan Arbil menampung ratusan ribu orang yang melarikan diri dari tempat lain yang berkonflik di Irak.
Pihak berwenang menyalahkan buruknya kualitas air di Sungai Efrat dengan level air yang sangat rendah atas wabah ini.
Pada 2012, wabah kolera membunuh empat orang di wilayah Kurdi di Irak Utara.
Setelah masa inkubasi yang terbilang singkat, sekitar dua hingga lima hari, kolera akan menyebabkan diare, menyedot air dari tubuh penderitanya.
Menurut data PBB, terdapat 3,2 juta warga Irak yang kehilangan tempat tinggal mereka sejak konflik 2014.
(stu)