Baghdad, CNN Indonesia -- Pasukan khusus AS dan Kurdi yang menyerang satu kompleks di Irak Utara bergerak berdasarkan laporan intelijen bahwa pejuang Kurdi ditawan ISIS di lokasi itu.
Sumber di Dewan Keamanan Wilayah Kurdistan mengatakan, pasukan kontra-terorisme Kurdi merencanakan dan memimpin operasi menyelamatkan 69 orang pada Kamis (22/10) pagi, dan didukung oleh pasukan AS.
Satu anggota komando AS menjadi korban tewas pertama di kubu Amerika Serikat dalam pertempuran darat melawan kelompok militan ISIS ini. Sementara, empat pejuang Kurdi dilaporkan luka-luka.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Upaya penyelamatan sandera semacam ini jarang dilakukan.
Operasi bersama ini menggarisbawahi peran pejuang Kurdi peshmerga sebagai sekutu penting koalisi pimpinan AS melawan ISIS yang menguasai sejumlah besar wilayah di Irak dan Suriah.
“Tujuannya adalah menyelamatkan peshmerga yang disandera ISIS,” kata sumber di Dewan Keamanan Kurdistan, satu wilayah semi otonomi di Irak utara.
“Kami mendapat informasi intelijen kuat bahwa peshmerga ditawan di kompleks itu,” kata sumber tersebut kepada Reuters pada Jumat (23/10).
Operasi itu dipimpin oleh pasukan dari Direktorat Jenderal Kontra-terorisme Dewan Keamanan Wilayah Kurdistan, ujar wakil diplomatik Kurdistan di Washington D.C. Bayan Sami Abdul Rahman.
Dia menambahkan, komando Pasukan Khusus AS berpartisipasi dalam operasi itu dan serangan udara jet tempur serta helikopter AS juga dikerahkan dalam operasi itu.
“Kami ikut berduka atas kematian prajurt AS, Sersan Kepala Joshua Wheeler,” kata Rahman.
Menurut media Kurdi, kompleks yang diserbut adalah satu pemukiman atau kompleks yang sebelumnya dimiliki oleh seorang hakim Irak.
Menteri Pertahanan AS Ash Carter mengatakan bahwa tentara AS tidak berencana masuk ke dalam kompleks itu, dan berada di lokasi untuk memberi nasihat dan bantuan pada pejuang Kurdi.
Tidak seorangpun sandera yang dibebaskan adalah peshmerrga, yang menunjukkan bahwa sandera Kurdi ini kemungkinan telah dipindah ke lokasi lain.
Mereka yang dibebaskan adalah warga Arab dan 20 anggota pasukan keamanan Irak. Sisanya adalah penduduk setempat dan pejuang ISIS yang dituduh menjadi mata-mata atau berkhianat.
Pejabat AS dan Kurdi mengatakan, seluruh tahanan itu direncanakan untuk dieksekusi atau dibuang ke empat kuburan massal.
Militan ISIS menyerang posisi Kurdi di medan dempur di Gwer, pada Jumat malam, setelah operasi pembebasan itu terjadi.
Pernyataan ISIS yang diunggah oleh pendukung kelompok itu menyebutkan “puluhan” peshmerga tewas dalam serangan yang dilakukan oleh seorang pengebom bunuh diri.
Namun Qader Hassan, seorang peshmerga di garis depan, mengatakan hanya dua orang tewas dan mereka adalah anggota unit militer Irak yang dikerahkan di sana.
Peshmerga HilangKolonel Steve Warren, juru bicara koalisi pimpinan AS, mengatakan pasukan AS mendampingi peshmerga sebagai penasihat dalam misi penyerbuan itu, tetapi turun tangan setelah pejuang Kurdi berjatuhan.
Sekitar 62 peshmerga hilang ketika bertempur melawan ISIS, dan sejumlah dari mereka telah dipenggal dalam video propaganda kelompok militan ini.
ISIS menyandera tawanan di sejumlah pusat penahanan di berbagai lokasi di wilayah yang dikuasainya.
Kelompok ini juga secara rutin mengeksekusi orang yang dituduh menjadi mata-mata pemerintah Irak atau negara asing.
Pasukan pemerintah Irak, milisi Syiah dan Kurdi berjuang melawan ISIS namun koordinasi di negara yang sangat terpecah karena garis sektarian dan etnis sulit dilakukan.
Kementerian Pertahanan Iran mengatakan pada Jumat, bahwa pihaknya tidak diberi tahu soal penyerbuan di kota Hawija itu.
“Kami mengetahuinya dari media, kami tidak tahu-menahu,” kata Jenderal Tahsin Ibrahim Sadiq, juru bicara kementerian pertahanan, kepada Reuters.
“Yang terlibat hanya peshmerga dan Amerika, dan Kementerian Pertahanan tidak tahu sama sekali soal ini.”
 Militan Syiah sedang beraksi, dan bersama dengan pejuang Kurdi dan kelompok Sunni berjuang melawan ISIS di Irak, namun sulit berkoordinasi. (Reuters/Thaier Al-Sudani) |
Misi ini merupakan operasi serangan ke ISIS paling signifikan dalam beberapa bulan ini, dan Warren mengatakan pihaknya diminta terlibat oleh Pemerintah Regional Kurdi.
Pentagon mengatakan keterlibatan itu tidak menandai perubahan dalam taktik AS dan seorang juru bicara Badan Intelijen AS, CIA, menolak berkomentar mengenai pernyataan bahwa pembebasan sandera itu berhubungan dengan pemerintah AS.
Pejabat AS sendiri membantah pernyataan itu.
Namun politisi senior Syiah Irak Ayad Allawi mengatakan dia curiga ada tokoh penting yang disandera sehingga pasukan khusus AS dilibatkan.
“Menurut saya operasi itu hanya terjadi karena ada aset yang penting,” katanya.
(yns)