Nama Panggilan Jadi Perkara dalam Pertemuan China-Taiwan

Denny Armandhanu | CNN Indonesia
Kamis, 05 Nov 2015 10:07 WIB
Xi Jinping tidak bisa memanggil Ma Ying-jeou dengan sebutan "Presiden" karena China tidak mengakui Taiwan sebagai negara, melainkan bagian dari wilayah mereka.
Xi Jinping tidak bisa memanggil Ma Ying-jeou dengan sebutan
Jakarta, CNN Indonesia -- Perkara nama panggilan dan hal-hal kecil lainnya menjadi masalah penting dalam pertemuan antara pemimpin China dan Taiwan di Singapura akhir pekan ini. Pasalnya, setiap gestur keduanya akan menjadi perhatian setelah pemimpin China dan Taiwan tidak pernah bertemu selama tujuh dekade.

Pemerintah Beijing tidak mengakui Taiwan sebagai negara merdeka, jadi tidak mungkin Presiden China Xi Jinping memanggil Ma Ying-jeou dengan sebutan "presiden Taiwan". Sebaliknya Ma, juga tidak bisa memanggil Xi dengan sebutan "presiden" karena bisa dianggap sikap tunduk terhadap China yang masih menganggap Taiwan adalah bagian dari negaranya.

Beijing sampai saat ini menganggap Taiwan adalah bagian dari negaranya setelah keduanya berpisah tahun 1949 menyusul berakhirnya perang saudara. China beranggapan, Taiwan akan segera bergabung dengan mereka, dengan kekerasan jika perlu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Akhirnya untuk mengatasi perkara nama ini, keduanya nanti akan dipanggil dan saling memanggil dengan panggilan "xiansheng" atau "tuan" dalam bahasa mandarin, seperti yang disampaikan oleh kantor berita China, Xinhua, Rabu (4/11).

"Ini adalah kesepakatan praktis dibawah prinsip 'satu China', karena situasi ketidaksepahaman politik kedua negara yang belum sepenuhnya diselesaikan. Langkah ini mencerminkan pengalihan konflik dan semangat saling menghormati," tulis Xinhua.

Dalam laporannya nanti, Xinhua juga akan menghindari penggunaan kata presiden, mengganti jabatan keduanya dengan "pemimpin kedua pantai" dan "tuan". Sementara kantor berita Taiwan, Central News Agency, tetap akan menyebut Ma sebagai "presiden" namun tidak untuk Xi yang ditulis sebagai "pemimpin Komunis China."

New York Times mencatat, permasalahan tidak hanya pada penyebutan nama gelar masing-masing pemimpin. Perkara protokoler juga menjadi perhatian utama, karena hal ini akan menjadi masalah jika disalahartikan.

Di antaranya adalah bendera apa yang akan ditampilkan, siapa yang mengulurkan tangan lebih dulu untuk bersalaman, dan bagaimana gerak-gerik keduanya sehingga mencerminkan hubungan kedua negara.

Menurut pejabat pemerintah Taiwan, pertemuan tersebut tidak akan menghasilkan kesepakatan apa pun, namun lebih banyak berdiskusi soal perdamaian.

Pertemuan terakhir pemimpin kedua negara dilakukan pada 1945 oleh pemimpin Partai Komunis Mao Zedong dan Nasionalis Chiang Kai-shek. Tahun 1949 perang sipil berakhir dan Taiwan memisahkan diri dari China.

Walau berseteru namun China adalah mitra dagang terbesar Taiwan, ratusan penerbangan antara kedua negara terjadi setiap pekan dan bank-bank China kini beroperasi di Taiwan. Perusahaan Taiwan juga banyak membuka cabang di China. (den)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER