Stiker Jadi Penanda Beda Paspor Taiwan dan China

Hanna Azarya Samosir | CNN Indonesia
Jumat, 06 Nov 2015 17:58 WIB
Para pendukung kemerdekaan menimpa tulisan Republic of China dengan sticker bertuliskan Republic of Taiwan.
Ilustrasi paspor Taiwan. (Yi-Ting Chen/Flickr)
Jakarta, CNN Indonesia -- Sejarah akan terukir ketika Presiden China, Xi Jinping, dan Presiden Taiwan, Ma Ying-jeou, bertemu di Singapura esok, Sabtu (7/11), setelah kedua negara berpisah lebih dari enam dekade. Sementara itu, rakyat di Taiwan mempermasalahkan apa yang terukir di paspor mereka.

"Republic of China," demikian ukiran tulisan berwarna emas yang terpampang di depan paspor hijau para warga Taiwan.

Tulisan tersebut tak sembarang terukir di paspor warga Taiwan. Ada sejarah panjang di balik nama tersebut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meskipun sudah memisahkan diri akibat kalah perang saudara pada 1949, China masih menganggap Taiwan merupakan saudara dan bagian dari wilayahnya yang terpadu dalam ideologi Satu China. Taiwan pun berdiri dengan nama Republik China.

Kini, para pendukung kemerdekaan menimpa tulisan Republic of China dengan stiker bertuliskan "Republic of Taiwan" untuk mengampanyekan pemisahan secara utuh dari tanah China.

Pemegang paspor lain juga menimpa lambang negara yang terlihat mirip logo Partai Kuomintang dengan stiker bergambar hal khas Taiwan, seperti Gunung Yushan dan beruang hitam Formosan.

Seperti dilansir Hong Kong Free Press Agustus lalu, beberapa pemegang pasor lain bahkan menempelkan stiker wajah aktivis pro-demokrasi yang sering dijuluki bapak kemerdekaan Taiwan, Cheng Nan-jung.

Desainer stiker di balik kampanye ini, Denis Chen, mengatakan bahwa tujuan utamanya adalah untuk meredefinisikan identitas kebangsaan Taiwan dengan menunjukkan betapa absurnya nama Republik of China. Ia mengajak warga untuk memikirkan masa depan politik Taiwan.

"Kami terus mengingatkan orang bahwa menerima 'Republik China' sama dengan meyakini bahwa Taiwan suatu saat akan dicaplok China karena hanya ada satu China di dunia," ujar Chen.

Menurut Chen, kemerdekaan Taiwan bukan sekadar ideologi politik, tapi juga cara hidup. "Jika kami ingin kemerdekaan, kami harus hidup selayaknya kami adalah negara merdeka dan mengatakan kepada semua orang pandangan kami dengan percaya diri," ucap Chen.

Chen lantas menuturkan bahwa ia mendapatkan inspirasi melakukan kampanye ini dari temannya, Yanshi Ko, seorang aktivis yang menempelkan stiker untuk menimpa kata China di paspornya. Yanshi berhasil masuk wilayah Australia tanpa terganjal apapun.

Saat itu, Chen berpikir bahwa kampanye stiker tersebut dapat membuat warga Taiwan mengalami gegar budaya.

Yanshi pun memanaskan diskusi di jejaring sosial. Ia menyoroti bahwa kode kebangsaan Taiwan di dalam paspor adalah "TWN" yang merupakan singkatan dari "Taiwan, Provinsi dari China." Dengan kata lain, aturan Satu China mengakui kedaulatan China, tapi tidak demikian dengan Taiwan.

"Hanya jika kami menunjukkan keinginan kami agar Taiwan merdeka, komunitas internasional akan mengerti bahwa potensi perang lintas selat bukan masalah internal China yang akan membenarkan pencaplokan Taiwan oleh China," tutur Yanshi.

Banyak warga Taiwan yang mendukung kampanye ini. Di jejaring sosial, beberapa warga berkomentar bahwa mereka kerap tertahan di bagian imigrasi karena petugas kesulitan membedakan antara paspor China dan Taiwan.

Pemegang paspor modifikasi inipun dengan mulus melewati pos imigrasi di 22 negara, termasuk Amerika Serikat, Inggris, Jepang, Singapura, Jerman, bahkan China. Para petugas imigrasi Hong Kong menganggap stiker tersebut spesial.

Namun, tak semua pengguna paspor modifikasi tersebut dapat melenggang leluasa. Seorang warga mengatakan bahwa ia disuruh melepas stiker tersebut oleh petugas di Hong Kong.

Pemakaian nama Republic of China, menurut beberapa warga Taiwan, adalah pengakuan bahwa Taiwan masih jadi bagian dari China. (Reuters/Pichi Chuang)
Banyak pula warga yang tak setuju dengan kampanye ini. Seorang pengguna internet berkata, "Apakah kamu berpikir stiker akan mengubah Taiwan menjadi negara yang sesungguhnya? Jika China dan Taiwan berperang, apakah orang seperti kamu mau bertempur di garda depan?"

Sementara itu, seorang warga lain juga menuliskan, "Tolong hargai pasopr negaramu sendiri sehingga orang dari negara lain akan menghargaimu."

Menanggapi komentar miring tersebut, Chen kembali membuat stiker balasan. "Perhatikan hati China yang rapuh - angkat dengan hati-hati," demikian tulisan stiker buatan Chen. Stiker tersebut diberikan cuma-cuma di kafe milik Chen, Taichung.

"Banyak orang masih terperangkap dalam paradoks Republik China. Mereka kesal dengan stiker dan kritiklah mereka karena tidak berguna," kata Chen.

Ditentang, Chen mengaku akan terus mendistribusikan stiker tersebut.

"Kami akan terus mencetak dan mendistribusikan stiker itu sampai hari saat orang Taiwan memutuskan untuk menghentikan penggunaan Republik China dan membangun bangsa independen dengan paspor baru," papar Chen.

Melihat kisruh ini, Kementerian Luar Negeri Taiwan meminta publik untuk tidak menempelkan stiker di paspor mereka. Menurut Kemlu, hal tersebut dapat menyebabkan penolakan visa dan mengurangi kredibilitas paspor Taiwan.

Namun menurut Kementerian Imigrasi Taiwan, modifikasi paspor ini bukan merupakan hal yang asing. Kementerian mengatakan bahwa mendesain ulang sampul paspor biasanya tidak menyebabkan masalah selama isi tetap utuh. (stu)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER