Xi Jinping dan Ma Ying-jeou Bertemu di Singapura

CNN Indonesia
Sabtu, 07 Nov 2015 16:37 WIB
Presiden China dan Presiden Taiwan bertekad untuk menciptakan perdamaian di Selat Taiwan dengan saling menghormati satu sama lain.
Preside China Xi Jinping dan Presiden Taiwan Ma Ying-jeou untuk pertama kali bertemu sejak perang saudara China berakhir pada 1949. (Reuters/Joseph Nair/pool)
Singapura, CNN Indonesia -- Pemimpin Taiwan dan China bertemu untuk pertama kali dalam lebih dari 60 tahun untuk melakukan perundingan yang terjadi di tengah peningkatan perasaan anti-Beijing di pulau yang memisahkan diri.

Pembicaraan antara Presiden China Xi Jinping dan Presiden Taiwan Ma Ying-jeou di Singapura pada Sabtu (7/11) merupakan pertemuan pertama antara kedua pemimpin negara itu sejak perang saudara China berakhir pada 1949.

Kedua pemimpin ini berjabat tangan dan tesenyum di hadapan wartawan, Presiden Xi mengenakan dasi berwarna merah yang merupakan warna Partai Komunis. Sementara Presiden Ma mengenakan warna biru yang merupakan warna Partai Nasionalis Taiwan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di dalam ruang pertemuan, Presiden Xi yang berbicara terlebih dahulu dan duduk di hadapan Presiden Ma, mengatakan bahwa Rakyat China di dua negara yang dipisahkan oleh Selat Taiwan ini memiliki kemampuan dan kebijakan untuk menyelesaikan masalah mereka.

“Tidak ada kekuatan yang memisahkan kita,” kata Presiden Xi Jinping. “Kita adalah satu keluarga.”

Sebagai jawaban, Presiden Ma mengatakan diri dia bertekad untuk mendorong perdamaian di Selat Taiwan, dan bahwa hubungan kedua negara harus berdasarkan ketulusan, kebijakan dan kesabaran.

Secara tidak langsung Presiden Ma meminta Presiden Xi untuk menghormati demokrasi Taiwan.

“Kedua negara harus menghormati nilai dan cara hidup masing-masing,” katanya dalam pertemuan di Singapura ini.

Kubu Nasionalis China, yang dikenal dengan nama Kuomintang, KMT, mundur ke Taiwan setelah kalah dari kubu komunis dalam perang saudara China.
Presiden kedua negara sepakat untuk menciptakan perdamaian di Selat Taiwan. (Reuters/Joseph Nair/Pool)
China tidak pernah menarik pernyataan untuk mempergunakan kekerasan dalam upaya mengambil alih kendali wilayah yang disebutnya sebagai provinsi yang memisahkan diri itu.

Namun, sementara hubungan bilateral di sektor perdagangan, investasi dan pariwisata berkembang, terutama sejak Ma dan KMT berkuasa pada 2008, kedua kubu masih saling curiga dan tidak ada kemajuan di sektor politik. (reuters/yns)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER