Jakarta, CNN Indonesia -- Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyakinkan Presiden Amerika Serikat bahwa ia tetap berkomitmen pada solusi dua-negara untuk menyelesaikan konflik Israel-Palestina di tengah serangan yang terus meningkat di wilayah Tepi Barat dan Yerusalem.
Pertemuan kedua kepala negara ini di Gedung Putih adalah yang pertama sejak 13 bulan lalu, dan pertama pula sejak perjanjian nuklir Iran disepakati Juli lalu.
Terkait solusi dua-negara, Netanyahu mengatakan bahwa ia mendukung visi “dua negara untuk dua rakyat” namun menegaskan bahwa negara Palestina harus didemiliterisasi dan mengakui Israel sebagai tanah orang Yahudi, kondisi yang sebelumnya ditolak oleh Palestina.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam pertemuan pada Senin (9/11) ini, Obama dan Netanyahu terlihat santai, meski hubungan keduanya tak selalu mulus. Menjelang pemilu Israel Maret lalu, Obama pernah mengkomplain Netanyahu yang berbicara di depan Kongres AS tanpa memberi tahu protokoler Gedung Putih. Dalam pidatonya di depan Kongres, Netanyahu mengkritik tajam Obama soal kesepekatan nuklir Iran yang digagas AS.
Saat bertemu, Obama mengutuk gelombang serangan penikaman yang kini terjadi, dan mendukung hak Israel untuk mempertahankan diri, namun ia ingin mendengar gagasan Netanyahu untuk menurunkan tensi dan bagaimana aspirasi warga Palestina bisa dipenuhi.
“Saya ingin menjelaskan bahwa kami belum menyerah akan harapan kami pada perdamaian,” kata Netanyahu kepada wartawan usai pertemuan.
Pertemuan Obama-Netanyahu juga dinilai sebagai uopaya untuk mengatasi perbedaan keduanya terkait solusi konflik Palestina-Israel dan kesepakatan nuklir Iran.
Selama pertemuan, Obama dan Netanyahu tampak berbincang akrab, dengan sesekali diikuti anggukan kepala dan senyuman. Aspek ini di luar dugaan, sebab pada 2011, saat bertemu, Netanyahu menceramahi Obama soal penderitaan warga Yahudi sepanjang zaman.
Meski begitu, beberapa ajudan Obama percaya bahwa Netanyahu sebenarnya juga tak sabar menunggu pengganti Obama di Gedung Putih. AS akan melangsungkan pemilu presiden pada November 2016.
Bantuan militerIsrael menerima bantuan militer sebesar US$3,1 miliar dari AS setiap tahunnyam dan berharap menerima total US$50 miliar dalam satu dekade ke depan.
Dukungan nyata Obama untuk keamanan Israel ini bisa menepis tuduhan dari calon presiden Partai Republik bahwa ia dan setiap penerus Partai Demokrat kurang pro-Israel.
"Keamanan Israel adalah salah satu prioritas utama kebijakan luar negeri saya, dan itu terlihat tidak hanya dalam kata-kata, tetapi dalam perbuatan," kata Obama.
Netanyahu berterima kasih kepada Obama untuk komitmen itu.
(stu)