Jakarta, CNN Indonesia -- Mark Colclough sedang bersantai di bersama teman-temannya di ruas jalan Rue de La Fontaine ketika tiba-tiba ia mendengar suara letupan kencang pada Jumat (13/11), malam di mana Paris berubah menjadi kelabu akibat kematian setidaknya 153 orang dalam beberapa serangan.
Sekitar 20 meter dari tempatnya berdiri, ia melihat seorang pria berpakaian serba hitam dan ketat berdiri dengan kuda-kuda mantap untuk menembak. Saat itulah, ia yakin pria tersebut adalah penembak profesional yang akan melancarkan aksi serius.
"Ia berdiri dengan posisi menembak. Kaki kanannya di depan dan kaki kiri di belakang. Di pundak kirinya, ia menyandarkan senjata laras panjang. Saya melihat ada majalah jadi alasnya," tulis psikoterapis berkebangsaan Inggris-Denmark ini dalam pemberitaan di The Guardian, Sabtu (14/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pria yang diperkirakan kidal tersebut mulai melepaskan tembakan sebanyak tiga hingga empat kali. "Itu sangat disengaja. Tiga sampai empat tembakan yang sangat profesional," tulis Colclough.
Peluru tersebut langsung menembus tubuh orang yang duduk di kursi depan kafe La Casa Nostra. "Ia membunuh mereka. Kami melihat mereka ditembak. Mereka jatuh dari kursi ke lantai," kata Colclough.
Terlihat tak puas, penembak tersebut memutar badan dengan sigap dan kembali melepas tembakan ke arah kaca pengemudi sebuah mobil.
"Kami kemudian melihat dia masuk ke dalam kafe. Berputar ke kiri dan kanan sebelum akhirnya kembali menembak. Saat itulah kami mulai mencari perlindungan," tulis Colclough.
Dalam persembunyian, Colclough dan teman-temannya sempat mendengar 15 hingga 20 tembakan lagi sebelum akhirnya suasana sunyi.
Perlahan, Colclough dan orang-orang di sekitarnya mulai bergerak. Ia melihat tubuh orang yang ditembak di depan kafe masih terkulai.
Mereka bergerak ke arah mobil putih yang ditembaki. Sopirnya sudah tidak berada di dalam mobil. Ternyata, beberapa pejalan kaki sudah mengangkatnya ke luar dan disandarkan di tiang listrik.
Tak menyiakan kesempatan yang berangsur tenang, Colclough dan teman-temannya berjalan pulang. Setelah berjalan sekitar 150 meter, mereka melihat mobil polisi dan ambulans mulai membanjiri ruas jalan.
"Yang membuat saya terkejut, kami dibawa kembali ke kafe oleh polisi. Sangat menyeramkan. Kami dapat melihat orang, baik itu terluka, setengah lumpuh, atau tewas. Mungkin 10 atau belasan," tulis Colclough.
Tak kuasa melihat pemandangan tersebut, Colclough dan teman-temannya memutuskan untuk naik ke lantai atas kafe. Namun ternyata, di lantai tersebut justru lebih banyak korban tergeletak.
Polisi mulai bertanya kepada semua orang, apakah ada yang melihat kaburnya pelaku menggunakan mobil atau motor. Beberapa orang, termasuk Colclough dibawa ke kantor polisi untuk dimintai keterangan.
Di kantor polisi, sudah banyak saksi mata lain yang dimintai keterangan.
"Ada banyak saksi mata. Berbaris-baris. Kami duduk berdampingan dengan orang-orang dari tempat lain. Mereka ada yang tertimpa jasad-jasad korban. Mereka harus merangkak keluar. Ada orang tewas di atas mereka. Itu sangat menyeramkan bagi semua orang," tutur Colclough.
Saksi mata tersebut didatangkan dari lima lokasi serangan lainnya di Paris. Data jumlah korban tewas pun terus bertambah. Hingga kini, setidaknya 153 orang dinyatakan tewas.
Kejadian yang memakan paling banyak korban tewas terjadi di aula Batlacan, dengan jumlah 112 orang. Saksi mengatakan kepada CNN, dua orang teroris memberondong orang-orang yang berada dalam tempat konser tersebut selama 10 hingga 15 menit.
Presiden Perancis, Francois Hollande, menyatakan telah mengerahkan pihak militer untuk membantu polisi dalam melakukan operasi pengamanan.
(stu/vga)