Jakarta, CNN Indonesia -- Perdana Menteri Perancis Manuel Valls memaparkan Perancis akan terus menggempur kelompok militan ISIS di Suriah, meskipun ISIS mengklaim berada di balik serangan Paris yang menewaskan 153 orang.
Valls mengatakan kepada televisi TF1 bahwa pemerintah Perancis juga berencana memperpanjang status gawat darurat yang diberlakukan di Perancis setelah serangan pada Jumat (13/11) di berbagai tempat di Paris.
Menurut Valls, situasi gawat darurat akan memberikan keleluasaan bagi otoritas untuk memerangi teroris yang "terorganisir dengan sangat baik."
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelumnya, Presiden Perancis Francois Hollande berjanji akan memberikan respons keras terhadap serangan Paris.
"Kami akan pimpin perlawanan dan kami tidak akan kenal ampun," kata Hollande di aula samping Bataclan, Paris, Jumat (13/11) malam waktu setempat.
Aula Bataclan salah satu lokasi yang diserang secara brutal. Di lokasi ini terdapat korban tewas paling banyak yakni 112 orang dari 153 korban tewas. Saksi mengatakan si pelaku memasuki aula dan memberondong para korban dengan senjata otomatis selama 10 sampai 15 menit.
"Saat para teroris bisa melakukan kekejaman seperti itu, mereka harus juga tahu bahwa mereka akan berhadapan dengan Perancis yang bertekad kuat -- Perancis bersatu," kata Hollande.
Sementara, pada Sabtu (14/11), ISIS mengunggah video berisi ancaman jika Perancis tetap melancarkan serangan terhadap kelompok militan tersebut, negara pimpinan Presiden Francois Holande itu tidak akan hidup tenang.
Perancis memang tergabung dalam koalisi di bawah komando Amerika Serikat yang melancarkan serangan udara untuk menggempur ISIS sejak tahun lalu.
"Selama kalian masih mengebom, kalian tidak akan hidup dalam damai. Kalian bahkan akan takut pergi ke pasar," ujar seorang militan berjanggut dengan bahasa Arab dalam video yang dilansir oleh media sayap ISIS, Al-Hayat Media Centre, seperti dikutip Reuters.
Pemerintah Indonesia melalui Kedutaan Besar di Paris mengimbau warga negara Indonesia yang berada di Perancis untuk selalu waspada.
"Kedutaan Besar Republik Indonesia di Paris kembali meminta warga negara Indonesia (WNI) yang menetap atau sedang berada di Perancis, khususnya di Paris dan sekitarnya, untuk senantiasa meningkatkan kewaspadaan dan berhati-hati saat berada di tempat umum dan keramaian," demikian kutipan pernyataan resmi KBRI di Paris.
KBRI Paris juga mengimbau WNI untuk mematuhi ketetapan pemerintah Perancis terkait keadaan darurat, khususnya penutupan perbatasan dan kebijakan penanganan situasi lainnya.
Sehari setelah serangan Paris, kepala negara bagian Bavaria, Jerman memaparkan terdapat seorang pria yang ditangkap di selatan Jerman pada awal November lalu karena ditemukan senjata dan bahan peledak di mobilnya. Pria yang tidak diungkapkan identitasnya ini diduga terkait dengan serangan Paris pada Jumat.
Terkait hal ini, Kedutaan Besar Republik Indonesia di Berlin juga mengeluarkan imbauan kepada seluruh warga negara Indonesia di Jerman terkait dengan serangan brutal kelompok teroris di Paris.
Sedikitnya 153 orang tewas dalam pengeboman dan penembakan di stadion nasional Stade de France di Saint-Denis, beberapa restoran dan gedung konser Bataclan di Paris, Perancis. Sebanyak delapan pelaku penyerangan tewas oleh pihak keamanan Perancis, namun belum diketahui apakah terdapat pelaku yang berhasil melarikan diri. (ama)