Jakarta, CNN Indonesia -- Para penyerang yang menewaskan lebih dari 100 orang di penembakan Jumat (13/11) malam dan bom bunuh diri di Paris tampaknya dibagi menjadi tiga tim yang terkoordinasi dan masing-masing tim dipersenjatai dengan senapan serbu Kalashnikov dan bahan peledak.
Jaksa umum Paris, Francois Molins memaparkan bahwa salah satu tim penyerang meluncurkan serentetan tembakan membabi buta ke arah kerumunan yang memenuhi konser rock di teater Bataclan.
Tim penyerang ini diketahui sempat berbicara tentang Suriah dan Irak, dua negara yang menjadi markas kelompok militan ISIS. Selama satu tahun, Perancis bergabung dengan koalisi serangan udara internasional pimpinan Amerika Serikat untuk menggempur ISIS di kedua negara itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita dapat mengatakan pada tahap penyelidikan ini, mungkin ada tiga tim teroris yang terkoordinasi di balik tindakan barbar ini," kata Molins dalam sebuah konferensi pers, dikutip dari Reuters.
"Tujuh teroris tewas dalam aksi kriminal mereka," ujar Molins melanjutkan.
Molins menegaskan salah satu penyerang yang tewas berada dalam daftar dokumen keamanan untuk radikalisasi Islam yang disusun oleh pihak berwenang Perancis. Salah satu penyerang yang belum diungkapkan namanya itu merupakan warga negara Perancis yang memiliki catatan kriminal tetapi tidak pernah menghabiskan waktu di penjara.
Jaksa mengatakan operasi perburuan para tersangka telah diperluas hingga ke negara tetangga Belgia, setelah seorang warga Perancis yang terkait dalam serangan itu nampaknya menyewa mobil yang digunakan dalam serangan dan berhenti di perbatasan Belgia pada Sabtu pagi (14/11), bersama dengan dua orang lainnya.
Ketiga orang yang diduga terkait dengan serangan itu merupakan warga dari wilayah Brussels. Ketiganya tidak ada dalam daftar pengawasan intelijen Perancis.
Serangan di Paris pada Jumat (13/11) terjadi hampir bersamaan di sejumlah tempat, termasuk di gedung teater Bataclan, stadion sepak bola Stade de France, serta sejumlah restoran.
Pembantaian malam itu dimulai pada pukul 09:20 malam di dekat stadion Stade de France, tempat di mana tim sepak bola Perancis tengah bertanding dengan tim Jerman dalam pertandingan persahabatan.
Di stadio ini, serangan bom bunuh diri pertama kali meledak dan menimbulkan kepanikan dan sejumlah korban tewas. Pertandingan itu dihadiri oleh Presiden Perancis Francois Hollande.
Selama 20 menit berikutnya terdapat tiga serangan senapan mesin oleh kelompok bersenjata yang mengemudi mobil hitam di sejumlah distrik di jantung ibu kota Perancis.
Tim berikutnya, adalah tim teroris yang menyerang di Gedung teater Bataclan secara brutal. Serangan ini menimbulkan korban jiwa paling banyak, yakni 112 orang dari 153 korban tewas. Saksi mengatakan si pelaku memasuki aula dan memberondong para korban dengan senjata otomatis selama 10 sampai 15 menit.
Serangan ini juga melukai lebih dari 350 orang, hampir 100 di antaranya tetap dalam kondisi kritis.
Selain itu, sebuah penyanderaan pun terjadi. Tiga dari tujuh penyerang tewas terbunuh di lokasi kejadian. Satu penyerang tewas ditembak polisi, sementara dua lainnya bunuh diri menggunakan sabuk peledak.
(ama)