Antalya, CNN Indonesia -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan resmi membuka KTT G20 di Antalya, Minggu (15/11). Dalam pidato pembukaannya di sesi kerja pemimpin negara anggota G20, Erdogan menekankan pentingnya pembangunan yang berkelanjutan bagi kemajuan perekonomian global, bukan hanya bagi negara anggota, tapi juga negara-negara yang tengah merintis kemajuan.
"G20 merupakan titik balik sejarah. Dalam KTT di Ausralia tahun lalu, kita membicarakan perkembangan perekonomian global yang berkelanjutan dan kuat, termasuk dalam bidang infrastruktur, perdagangan dan stabilitas global. Untuk hal itu, G20 punya fungsi vital," kata Erdogan di hadapan para pemimpin anggota G20, termasuk Presiden Indonesia Joko Widodo.
Turki mengedepankan "Tiga I" yang menjadi landasan dalam pertemuan KTT G20, yaitu inklusivitas, implementasi, dan investasi. Ketiga hal ini merupakan formulasi Turki yang bertujuan meningkatkan perekonomian global, tidak hanya negara anggota, tetapi juga negara-negara berpenghasilan rendah atau LIDCs.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk inklusivitas, fokus kemajuan akan ditekankan pada tingkat nasional dan internasional. Salah satu yang tercakup dalam hal ini adalah keamanan pangan dan ketersediaan energi, terutama di wilayah miskin Sub Sahara.
Implementasi mencakup salah satunya Rencana Aksi Anti-Korupsi dan Efisiensi Energi hingga 25 persen target wanita bekerja di tahun 2025. Sedangkan untuk agenda investasi adalah mencari cara untuk menarik para investor jangka panjang, meningkatkan kemitraan pemerintah-swasta, meningkatkan akses pembiayaan usaha kecil dan menengah atau UKM dan meningkatkan kerangka investasi publik.
"Tahun lalu kita telah mempersiapkan strategi pembangunan yang komprehensif yang jika diimplementasikan maka akan menyumbang 2 persen dari pertumbuhan ekonomi global," ujar Erdogan.
KTT G20 dijadwalkan dilaksanakan selama dua hari pada Minggu dan Senin, 15-16 2015. Pertemuan ini adalah puncak serangkaian konferensi lainnya yang diikuti oleh berbagai organisasi pemerintahan dan masyarakat.
G20 terdiri dari 19 negara perekonomian terbesar dunia ditambah Uni Eropa. Ke-19 negara itu adalah Argentina, Australia, Brasil, Kanada, China, Perancis, Jerman, India, Indonesia, Italia, Jepang, Korea Selatan, Meksiko, Rusia, Arab Saudi, Afrika Selatan, Turki, Inggris dan Amerika Serikat.
Negara anggota G20 mewakili 85 persen perekonomian dunia, 75 persen perdagangan dunia, dan 65 persen populasi dunia. Dalam KTT kali ini juga turut hadir perwakilan dari Azerbaijan, Spanyol, Malaysia, Senegal, Singapura dan Zimbabwe.
Selain isu ekonomi dan energi, dalam kepemimpinan Turki tahun ini, G20 juga akan membicarakan soal konflik Suriah dan Irak yang berdampak kepada beberapa negara di kawasan. Turki sendiri terkena imbas gangguan keamanan dalam negeri akibat ancaman ISIS dan dibanjiri oleh lebih dari dua juta pengungsi yang kini tinggal di berbagai penampungan di negara itu. (Baca:
Atasi Pengungsi, Sekjen PBB Desak Solusi Politis di Suriah)
Sebelum dilaksanakannya KTT G20, Turki menggelar serangkaian pertemuan yang melibatkan pelaku usaha, pemuda, LSM dan wanita. Di bawah kepemimpinan Turki, pertama kali dibentuk W20 atau Women 20 yang bertujuan untuk mengurangi kesenjangan antara pria dan wanita di lapangan pekerjaan hingga 25 persen pada 2025.
Dalam kepemimpinan Turki juga, pertama kali diadakan pertemuan antara menteri energi G20. "Pertama kali dilakukan pertemuan menteri energi, membentuk rencana bersama dalam hal pertanian," ujar Erdogan.
Indonesia sendiri dalam pertemuan ini fokus pada tiga isu ekonomi, yaitu terkait upaya menjaga stabilitas mata uang dunia, pembiayaan infrastruktur dalam negeri, dan Base Erosion and Profit Shifting.
(obs)