Antalya, Turki, CNN Indonesia -- Sekretaris Jenderal Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) Ban Ki Moon mendesak negara-negara anggota G20 meningkatkan kepedulian serta kemampuan dalam mengatasi krisis pengungsi di negara-negara Eropa dan Timur Tengah.
Berbicara jelang pertemuan KTT G20 di Antalya, Turki, Minggu (15/11), Ban mendesak organisasi beranggotakan 19 negara dengan perekonomian tinggi ditambah Uni Eropa itu tidak mengendurkan bantuan bagi para pengungsi.
"Krisis pengungsi ini disebut-sebut sebagai yang terparah sejak Perang Dunia II. Ada empat juta orang yang saat ini mengungsi di Turki, Yordania dan Lebanon, kabur dari perang sipil di Suriah dan Irak," kata Ban.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ratusan ribu pengungsi juga membanjiri Eropa, membuat beberapa negara kewalahan. Ban mengatakan, saat ini yang diperlukan adalah solusi politis bagi akar permasalahan pengungsi, yaitu kepemimpinan rezim Bashar al-Assad di Suriah.
Dalam masalah ini, Amerika Serikat dan negara-negara Barat lainnya selisih paham dengan sekutu Suriah, Rusia. Namun dalam pertemuan di Wina, para diplomat Barat dan Rusia yang berjumlah 19 pihak sepakat dilakukannya upaya pembenahan politik di Suriah, salah satunya dengan menggelar pertemuan antara Assad dengan para pemimpin oposisi.
Rencana ambisius itu juga memuat tenggat waktu untuk transisi kepemimpinan Suriah, yang diharapkan terjadi dalam waktu enam bulan setelah perundingan antara Assad dan oposisi. Usai terpilih, kepemimpinan yang baru nanti akan membentuk konstitusi baru dan menggelar pemilu yang diawasi dengan ketat oleh PBB dan beberapa negara 18 bulan kemudian,
Ban mengapresiasi hasil pertemuan itu dan berharap segala perbedaan dapat diatasi segera. "Saya mendesak para peserta perundingan mengenyampingkan perbedaan demi terciptanya gencatan senjata dan perlawanan terhadap teroris," kata Ban.
(gir/gir)