Bamako, Mali, CNN Indonesia -- Gerakan Islamis di Mali seringkali melakukan serangan-serangan berdarah di wilayah Mali tengah yang mencakup Sahara, dan juga ibukota Bamako.
Satu kelompok Islamis mengklaim bertanggung jawab atas kematian lima orang dalam serangan di satu restoran yang populer di kalangan warga asing di Bamako, pada Maret lalu.
Pada Agustus, 17 orang tewas ketika satu hotel di Sevare, Mali tengah, diserang oleh kelompok militan Islamis yang berbasis di Sahara bernama al-Mourabitoun.
Korban dalam serangan di Seare itu juga termasuk warga sipil dan lima diantaranya bekerja untuk misi PBB di Mali, MINUSMA, dan empat tentara Mali dan empat militan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebagian besar periode 2012, Mali utara diduduki oleh para pejuang Islamis yang sebagian memiliki hubungan dengan al Kaidah.
Para pejuang ini berhasil dikalahkan oleh operasi militer piminan Perancis, namun kekerasan sporadis terus terjadi di Mali tengah yang mencakup Sahara di bagian selatan dan juga ibukota Bamako.
Kantor berita Reuters menyebut keterlibatan militer Perancis di Mali ini menjadi salah satu alasan terjadi serangan di Paris dan juga kepentingan-kepentingan Perancis.
“Ini hanya permulaan, kami tidak akan pernah melupakan tragedi di Mali,” kata militan asing yang ada di Suriah yang dihubungi Reuters lewat dunia maya.
“Kepahitan di Mali, kesombongan Perancis, tidak akan pernah dilupakan begitu saja.”
Sementara itu, 12 awak maskapai penerbangan Air France yang tinggal di hotel yang diserang di Bamako dilaporkan selamat.
Untuk langkah pencegahan maskapai penerbangan ini menunda seluruh penerbangan dari dan ke Bamako pada Jumat (20/11).
(reuters/yns)