Jakarta, CNN Indonesia -- Perkembangan terbaru terkait serangan teror di Paris pada Jumat pekan lalu terus berdatangan.
Pada Jumat (20/11), penyelidik mengklarifikasi bahwa perempuan yang terbunuh dalam penggerebekan pada Rabu (18/11) tidak memakai rompi bunuh diri, maka tidak pula meledakkan dirinya sendiri.
Sebelumnya, perempuan yang diidentifikasi sebagai
Hasna Ait Boulachen, 26, dilaporkan memakai bom bunuh diri dan meledakkan diri sendiri ketika dikepung di sebuah apartemen di pinggiran utara Paris, Saint-Denis. Baoulachen ketika itu diberitakan sebagai perempuan pertama yang melakukan bom bunuh diri di Eropa.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dua orang lain tewas di Saint-Denis. Salah satunya sudah dikonfirmasi merupakan otak teror di Paris, Abdelhamid Abaaoud, warga negara Belgia yang memang sudah menjadi perekrut militan asing bagi ISIS.
Satu orang lain yang tewas belum diidentifikasi.
Polisi sebelumnya telah memburu Abaaoud sejak setidaknya 129 orang tewas dalam serangan di enam lokasi berbeda di Paris 13 November lalu. ISIS mengklaim bertanggung jawab.
"Temuan awal polisi khusus menunjukkan bahwa itu (pemakai rompi bunuh diri) adalah dia," kata sumber itu. "Tapi kami menemukan tengkorak di trotoar itu bukan miliknya."
Pertempuran di flat itu begitu intens, tidak hanya menyebabkan polisi awalnya tak bisa mengidentifikasi mayat, namun penyelidik butuh lebih dari satu hari untuk menetapkan bahwa ada tiga orang dan bukan dua yang tewas di lokasi kejadian.
(stu)