Hong Kong, CNN Indonesia -- Hong Kong yang dihias dengan berbagai poster dan bendera berwarna, menyelenggarakan pemilu tingkat kotamadya yang menjadi uji coba pertama sikap masyarakat sejak aksi prodemokrasi melumpuhkan kota ini tahun lalu.
Sekitar 900 kandidat memperebutkan 431 kursi di 18 dewan kotamadya, yang saat ini dikuasai oleh partai-partai pro-Beijing, ketika rakyat Hong Kong terpecah oleh isu kecepatan reformasi politik.
Hasil pemilu yang akan diumumkan Minggu (22/11) malam, akan menjadi petunjuk arah pemilu Dewan Legislatif tahun depan dan juga nasib kepemimpinan kontroversial pada pemilu 2017.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Aksi protes selama 79 hari tahun lalu, ketika pegiat yang menduduki jalan bebas hambatan menuntut demokrasi penuh bagi bekas jajahan Inggris, menjadi tantangan politik terbesar bagi pemimpin Partai Komunis China dalam beberapa tahun terakhir.
AKsi protes itu gagal membuat China mengijinkan pemilu demokrasi penuh pada 2017. Beijing mengatakan kota ini bisa memberi suara pada kandidat yang telah diloloskan oleh pemerintah pusat China.
Tetapi aksi protes ini memicu sikap yang menurut banyak pihak di kota finansial ini sebagai kebangkitan politik seperti debat mengenai sejauh mana pemerintah pusat China memiliki kendali.
Sejumlah kandidat baru pun muncul setelah aksi protes tersebut, termasuk Steve Ng Wing-tak seorang mantan koki.
“Tanpa Gerakan Payung, saya tidak akan pernah mencalonkan diri di dewan kota,” kata Ng yang merujung demonstrasi demokrasi itu. “Saya mungkin akan menjadi lebih apatis terhadap politik dibandingkan yang lain.”
Jalan-jalan di Hong Kong dipenuhi dengan poster dan bendera, sementara kandidat dan sukarelawan yang mengenakan jaket berwarna membagikan selebaran kepada warga.
“Jika memperjuangkan demokrasi tanpa benar-benar berpartisipasi dalam pemilu yang demokratis, anda sedikit munafik,” ujar kandidat bernama Edward Lau, yang juga ikut dalam protes demokrasi tahun lalu itu.
Warga lain mengatakan tidak akan memilih kandidat yang ikut dalam aksi “mengacau” itu.
“Warga tidak perlu menimbulkan masalah,” kata warga bernama Yung yang berusia 79 tahun. “Saya memilih kandidat yang menurut saya memiliki pikiran serupa.”
Salah satu kursi yang paling diamati adalah kursi Albert Ho, anggota parlemen dari Partai Demokrat yang mendapat persaingan keras di daerah pemilihan kumuh Tuen Mun.
 Mahasiswa melancarkan aksi demonstrasi pro-demokrasi selama 79 hari yang menuntut demokrasi penuh pada pemilu 2017. (Reuters/Bobby Yip) |
Ho mengatakan kepada Reuters bahwa dia yakin akan menang dan ketika ditanya apa perasaannya jika kalah dia menjawab: “Saya akan memberi tahu anda jika saya kalah.”
Hong Kong dikembalikan ke tangan China pada 1997 berdasarkan formula “satu negara, dua sistem” yang memberi kota itu otonomi dan kebebasan besar, dengan janji pemilu bebas sebagai “tujuan utama”.
Anggota dewan kota tidak memiliki kekuasaan besar, dan hanya memiliki peran sebagi penasehat dimana mereka bisa mendorong kebijakan tertentu agar dipertimbangkan pemerintah.
(yns)