Jakarta, CNN Indonesia -- Menyusul serangan yang menewaskan 137 orang di Paris, pemerintah Perancis mempersiapkan rencana pencegahan peristiwa serupa terjadi di masa depan. Selain serangan dengan senjata api, Perancis juga mengantisipasi serangan senjata kimia.
Menurut Menteri Pertahanan Perancis Jean-Yves Le Drian, yang dikutip Al-Arabiya, Minggu (21/11), serangan senjata kimia adalah "salah satu risiko" yang mungkin terjadi dan harus dihindari.
Dia mengatakan, aparat Perancis tidak ingin mengesampingkan semua risiko yang mungkin timbul. Walaupun Le Drian menyadari serangan senjata kimia sangat sulit dilakukan, namun Perancis telah "melakukan semua tindak pencegahan" untuk menghadapi serangan ini. Tidak dijabarkan tindak pencegahan apa yang telah dilakukan Perancis.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat ini Perancis dibantu oleh aparat di Belgia tengah memburu satu-satunya pelaku yang terlibat langsung dalam penembakan di Paris, Salah Abdeslam, yang diduga kabur ke Brussels.
Sebanyak tujuh pelaku tewas dalam peristiwa yang terjadi 13 November lalu di enam tempat di Paris. Sebelumnya sumber keamanan di Turki kepada Reuters mengatakan seharusnya peristiwa itu tidak terjadi jika salah seorang pelaku ditangkap sebelumnya.
Sumber Turki mengatakan, salah satu pelaku pengeboman bunuh diri di Paris, Brahim Abdeslam, ditangkap Januari lalu saat hendak menyeberang ke Suriah dari Turki untuk bergabung dengan ISIS.
Brahim lantas dideportasi ke Belgia, namun tidak ada pengawasan yang ketat dari pemerintah kota Brussels terhadap warga mereka yang telah teradikalisasi ini.
Sementara itu Le Drian mengatakan bahwa kapal induk Charles de Gaulle telah dikirim untuk misi menggempur ISIS di Suriah dan akan mulai beroperasi hari ini.
Perancis menggencarkan serangan ke Suriah setelah simpatisan ISIS di Paris yang juga melukai ratusan orang.
(den)