Riyadh, CNN Indonesia -- Lebih dari 900 wanita tengah berkampanye untuk berebut posisi jabatan publik menjelang pilkada tanggal 12 Desember mendatang.
Pilkada itu akan jadi kesempatan pertama bagi perempuan Arab Saudi untuk maju sebagai kandidat sekaligus memberikan hak suara, berkat perintah mendiang Raja Abdullah pada tahun 2011 silam yang membuka partisipasi politisi perempuan di negara itu.
Menurut Kementerian Luar Negeri Arab Saudi, Raja Abdullah juga mengeluarkan dekrit kerajaan tahun 2013 kepada Dewan Penasihat, agar 20 persen kursi perwakilan rakyat diduduki oleh perempuan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski demikian, sejauh ini perempuan baru diizinkan berpartisipasi pada pemilu tingkat kota. Beragam kritik pun terlontar atas perubahan itu. Sebagian menganggap kesempatan yang diberikan masih terlalu kecil dan belum signifikan.
CNN melaporkan pada Senin (30/11) bahwa sedikitnya dua aktivis perempuan, Loujain Hathloul dan Nassima al-Saada, mengaku didiskualifikasi dari daftar final kandidat pilkada via akun Twitter mereka. Keduanya berniat mengajukan banding.
(den)