Penembakan Massal di California Berbeda dengan Teror Militan

Amanda Puspita Sari/Reuters | CNN Indonesia
Kamis, 03 Des 2015 12:08 WIB
Penembakan di fasilitas penyandang disabilitas dinilai berbeda dengan serangan teror kelompok militan yang beraksi sendiri, atau biasa disebut lone-wolf.
Polisi menjabarkan para pelaku dilengkapi pakaian anti pelur dan dipersenjatai dengan senapan laras panjang AR-15. (Reuters/Mike Blake)
Jakarta, CNN Indonesia -- Tragedi Penembakan massal di pusat fasilitas penyandang cacat di San Bernardino, California Selatan pada Rabu (2/12) kembali menjadi sorotan di tengah banyaknya aksi penembakan di berbagai belahan dunia belakangan ini, khususnya di Amerika Serikat. Namun, aksi penembakan yang menewaskan 14 orang ini dinilai berbeda dengan aksi teror kelompok militan.

Pasalnya, aksi penembakan yang dilakukan oleh setidaknya tiga tersangka pelaku ini melibatkan banyak orang. Para pelaku juga sepertinya telah mempersiapkan rute melarikan diri yang terencana dengan baik.

Polisi menjabarkan para pelaku dilengkapi pakaian anti peluru dan dipersenjatai dengan senapan laras panjang AR-15. Dua pelaku tewas dalam baku tembak dengan polisi, semetara tersangka ketiga kini berada dalam tahanan. FBI tengah mempertimbangkan kemungkinan serangan ini serangan teroris.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Mereka menyerang dengan terencana," kata Kepala Polisi San Bernardino, Jarrod Burguan dalam sebuah konferensi pers.

"Dari cara mereka berpakaian dan senjata mereka menunjukkan mereka siap. Mereka bersenjatakan senapan panjang, bukan pistol," ujar Burguan melanjutkan.

Serangan yang terjadi di San Bernardino, kota berpenduduk 200 ribu jiwa dan berjarak sekitar 100 km sebelah timur Los Angeles ini sangat mengejutkan. Polisi masih berusaha menentukan motif dan menemukan para pelaku lainnya yang melarikan diri dengan mobil SUV berwarna hitam.

Serangan ini, menurut para pejabat AS, tidak serupa dengan serangan teror militan yang biasanya menyerang dengan kelompok sendiri, atau biasa disebut lone-wolf. Serangan ini juga berbeda dengan serangan ISIS atau kelompok ekstremis lainnya.

Pasalnya, kelompok militan ISIS yang melakukan serangkaian serangan teror di Paris bulan lalu sengaja difokuskan di tempat umum, di mana serangan tersebut akan mengejutkan banyak orang dan menyebarkan teror bukan hanya kepada penduduk sekitar tapi juga dunia.

Sebaliknya, serangan di San Bernardino ini terjadi di lokasi yang tidak banyak diketahui orang dan diperkirakan akan mempengaruhi keluarga penyandang disabilitas dan warga sekitar saja.

Penembakan ini juga terjadi hanya beberapa hari setelah serangan penembakan dan penyanderaan di klinik Planned Parenthood di Colorado yang melayani praktik aborsi. Serangan itu menewaskan tiga orang dan melukai sembilan orang lainnya. Pelaku penembakan menyerah kepada polisi ketika terkepung beberapa jam.

Pada Oktober lalu, seorang pria bersenjata menembak mati seorang profesor bahasa Inggris dan delapan orang lainnya di sebuah perguruan tinggi di Oregon. Sementara pada Agustus lalu, seorang reporter televisi dan kameramen tewas tertembak ketika tengah melakukan siaran langsung di Roanoke, Virginia. Pelakunya tak lain mantan rekan mereka.

Menurut data dari situs shootingtracker.com, situs yang mencatat setiap aksi penembakan massal, sepanjang tahun 2015, terdapat sekitar 350 penembakan massal di AS, yang dideskripsikan sebagai insiden, di mana setiap serangan menewaskan empat orang atau lebih.

Namun, sebagian besar insiden penembakan hanya melibatkan satu penembak. Sang penembak pun kerap kali melakukan bunuh diri setelah melakukan aksinya, atau ditembak mati oleh polisi dalam aksi pengejaran.

Pihak berwenang juga tidak mengesampingkan terdapat lebih banyak orang yang terlibat dalam rencana penembakan dan kaburnya para tersangka.

Sebuah penelitian dari 160 situasi penembakan aktif antara tahun 2000 dan 2013 oleh Biro Investigasi Federal menunjukkan bahwa satu dari dua insiden dilakukan oleh penembak tunggal. Hanya enam penembakan yang melibatkan wanita. (ama/stu)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER