ISIS Rilis Rekaman Lagu Berbahasa China

Reuters | CNN Indonesia
Selasa, 08 Des 2015 17:30 WIB
ISIS dilaporkan merilis sebuah lagu berbahasa China lewat divisi medianya, al-Hayat, dan menyebarkannya secara daring.
Ilustrasi (CNN Indonesia/Laudy Gracivia)
Jakarta, CNN Indonesia -- ISIS dilaporkan merilis sebuah lagu berbahasa China lewat situs medianya. Merespons ini, Kementerian Luar Negeri China menegaskan kembali kebutuhan kerja sama global memerangi terorisme.

China bergantung pada Timur Tengah untuk minyak, namun cenderung tak ingin ikut campur dalam soal politik dan konflik yang terjadi di kawasan itu. Di Dewan Keamanan PBB, China menyerahkan persoalan diplomasi di Timur Tengah kepada Amerika Serikat, Inggris, Perancis, dan Rusia.

China mulai menyerukan koordinasi yang lebih besar soal terorisme setelah serangan di Paris dan Mali yang kemudian disusul penembakan jet tempur Rusia oleh Turki. Namun China sudah lama menggaungkan bahwa tak akan ada solusi militer di Suriah, media China juga kerap melontar kritik terhadap serangan udara pimpinan AS dan Rusia di sana.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Akhir pekan lalu, sayap propaganda ISIS, al-Hayat, merilis sebuah rekaman dalam bahasa China yang isinya menyerukan “saudara Muslim” untuk bangkit.

Dalam lagu berdurasi empat menit berjul “Saya Mujahid”, seorang pria terdengar mengatakan: “Mati dalam medan perang adalah mimpiku” dan “Tak ada yang bisa menghentikan kemajuan kita.”

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Hua Chunying, mengatakan ia tidak bisa berkomentar apakah rekaman itu betul dikeluarkan oleh ISIS atau bukan.

“Di hadapan terorisme, tak ada negara yang bisa berdiri sendiri, dan dunia internasional harus berdiri bersama dan bekerja sama untuk bergabung dalam serangan memerangi semua bentuk terorisme,” kata Hua dalam konferensi pers pada Selasa (8/12).

Wakil Menteri Luar Negeri China, Cheng Guoping, di tempat terpisah di Beijing mengatakan bahwa China telah bergabung dengan kerja sama antiterorisme dengan Washington dan Moskow.

“Saat ini, negara-negara yang relevan sudah proaktif bekoordinasi dan berkonsultasi soal aksi anti-ISIS di Suriah dan mereka sudah melihat perbubahan besar dalam memerangi terorisme,” kata Cheng.

Bulan lalu, tiga eksekutif China tewas di Mali ketika militan Islam menyerbu sebuah hotel. Seorang sandera asal China juga dieksekusi oleh ISIS di bulan yang sama.

Di sisi lain, pejabat China juga sudah memepringatkan bahwa beberapa Muslim Uighur, etnis minoritas di Xinjiang, telah berangkat ke medan perang di Suriah dan Irak.

Pemerintah China mengatakan mereka menghadapi ancaman serius dari militan dan separatis Islam di Xinjiang.

Meski begitu, kelompok hak asasi manusia meragukan keberadaan kelompok militan Islam di sana, dan justru menuduh pengekangan oleh pemerintah China yang memicu kekerasan. (stu)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER