Jakarta, CNN Indonesia -- Berbagai kasus kriminal dilandasi kebencian terhadap Muslim terjadi di Amerika Serikat, menyusul serangan teroris yang mengatasnamakan Islam. Sentimen Islamofobia ini diperkirakan akan semakin berkobar dengan komentar Donald Trump sebagai bahan bakarnya.
Trump berpotensi membuat Islamofobia di AS semakin buruk dengan komentarnya yang melarang imigran Muslim masuk ke AS. Sebelumnya, umat Islam di AS sudah mengalami penyerangan dan penistaan tempat ibadah, terutama setelah serangan simpatisan ISIS di Paris yang menewaskan 130 orang dan penembakan di San Bernardino yang membuat 14 orang terbunuh.
Senin lalu, kepala babi dilemparkan dari sebuah truk ke depan masjid di Philadelphia, bentuk penghinaan yang luar biasa untuk umat Islam.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Polisi tengah menyelidiki apakah peristiwa itu ada hubungannya dengan surat suara yang diterima masjid itu bulan lalu, yang berbunyi: "Apakah kau senang dengan apa yang terjadi di Perancis?" dan hinaan lainnya terhadap Islam.
Di New York, seorang pria dipukuli hingga babak belur karena dia adalah seorang Muslim. Pelakunya adalah seorang pria yang berteriak akan membunuh Muslim.
Wanita Muslimah yang berhijab, Sana Rashid, dihina saat dia bekerja di sebuah apotek. Seorang pria menyebutnya teroris dan menyuruhnya keluar dari negara itu.
Ibrahim Hooper dari lembaga Council on American-Islamic Relations, CAIR, mengatakan, telepon ancaman juga dialamatkan ke masjid-masjid di seluruh AS. Pekan ini, kata Hooper, ancaman diterima oleh masjid di New Jersey.
CAIR juga mendapatkan ancaman, saking banyaknya sampai Hooper lupa jumlahnya. "Kami banyak mendapatkan ancaman belakangan ini," kata dia, dikutip CNN.
Hooper mengatakan, usai serangan San Bernardino politisi AS mencoba meredam kebencian terhadap Islam, salah satunya dengan mengatakan bahwa para pelaku sama sekali tidak mencerminkan umat Muslim.
Namun kata dia, Islamofobia masih terus muncul terutama setelah komentar Trump. "Donald Trump terus membuatnya terjadi," ujar Hooper.
Seorang anggota parlemen Muslim dari Indiana mendapatkan ancaman pembunuhan. Andre Carson dari Partai Demokrat meyakini ancaman terhadap dirinya muncul akibat diprovokasi oleh Trump.
Menurut Hooper, Trump belum akan menghentikan retorika kebenciannya terhadap Islam karena hal ini justru membuatnya mendulang popularitas.
Survei Bloomberg Politics/Purple Strategies Selasa lalu menunjukkan bahwa 65 persen simpatisan Partai Republik senang dengan komentar Trump, sementara 37 persen pemilih potensial mendukung larangan masuk imigran Muslim.
Hooper mengatakan, selain komentar Trump, Islamofobia di AS sulit hilang karena sikap anti-Islam di negara itu telah mengakar sejak lama.
Sentimen anti Muslim inilah yang justru diinginkan oleh ISIS. Hooper berujar, jika umat Islam di Barat merasa terancam, mereka bisa meninggalkan keyakinannya itu atau mudah teradikalisasi.
(den)