Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Rusia, Vladimir Putin mengklaim bahwa Rusia tak hanya mendukung Presiden Suriah, Bashar al-Assad, tetapi juga mendukung kelompok pemberontak Free Syrian Army yang dianggap liberal dan didukung juga oleh Amerika Serikat.
Dalam pidatonya pada pertemuan tahunan kementerian Pertahanan Rusia, Jumat (11/12), Putin mengungkapkan bahwa Rusia mendukung Free Syrian Army dengan menyediakan dengan dukungan udara, senjata dan amunisi dalam operasi gabungan dengan pasukan Suriah melawan sejumlah kelompok militan lainnya.
Ini merupakan kali pertama Rusia terang-terangan menyatakan mendukung lawan Presiden Suriah, Bashar al-Assad dalam memerangi pasukan militan ISIS. Bulan lalu, Putin menyatakan angkatan udara Rusia menggempur sejumlah markas ISIS, yang dibocokan oleh Free Syrian Army.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejumlah negara Barat yang bergabung dengan koalisi serangan udara pimpinan Amerika Serikat menyatakan bahwa serangan udara Rusia sebelumnya hanya berfokus kepada sejumlah kelompok pemberontak yang menentang rezim Assad.
"Pasukan udara kami mendukung upaya penyatuan pasukan pemerintah dan Free Syrian Army," ujar Putin, dikutip dari Reuters.
"Sekarang sejumlah unit [Free Syrian Army] yang berjumlah lebih dari 5.000 tentara tengah terlibat dalam aksi pertempuran melawan teroris bersama pasukan pemerintah di provinsi Homs, Hama, Aleppo dan Raqqa," katanya.
"Kami mendukung pertempuran itu dari udara, dan juga kepada Free Syrian Army, kami membantu mereka dengan senjata, amunisi dan memberikan dukungan material," tutur Putin.
Putin memaparkan serangan yang diluncurkan oleh angkatan udara dan angkatan laut Rusia berhasil menimbulkan kerusakan berat pada sejumlah infrastruktur ISIS, yang kini menguasai sejumlah daerah di Suriah timur dan Irak barat.
Menteri Pertahanan Rusia, Sergei Shoigu menilai meskipun Rusia dan koalisi AS tak henti meluncurkan serangan udara melawan ISIS, pengaruh kelompok militan ini terus menyebar luas di Suriah. Shoigu memperkirakan ISIS menguasai sekitar 70 persen dari keseluruhan wilayah Suriah. .
Jumlah pejuang ISIS di Irak dan Suriah mencapai sekitar 60 ribu orang, menurut Shoigu. Terdapat pula ancaman kekerasan ke sejumlah negara pecahan Uni Soviet maupun Asia Tengah dan Kaukasus.
Di hadapan jenderal militer Rusia, Putin mengungkapkan kecaman terselubung kepada Turki, yang menembak jatuh jet tempur Rusia di perbatasan Turki-Suriah bulan lalu.
Turki menilai Rusia memasuki wilayah udaranya dan melanggar kedaulatan Tuski, sementara Rusia membantah tuduhan tersebut. Namun, Putin sempat menyebutkan bahwa minyak produksi ISIS diselundupkan ke Turki. Aksi saling tuding berkepanjangan ini membuat hubungan Moskow dan Ankara kian renggang.
"Saya ingin memperingatkan mereka yang mungkin tengah mencoba untuk memprovokasi terhadap pasukan kami," katanya.
"Saya memerintahkan kalian untuk bertindak dengan cara yang sangat sulit, yakni musnahkan semua hal yang mengancam (militer) kelompok Rusia atau infrastruktur kami," kata Putin.
Menteri Luar Negeri Turki, Mevlut Cavusoglu sebelumnya menyerukan Rusia untuk tenang menghadapi insiden ini. Namun Cavusoglu juga menyatakan kesabaran Turki ada batasnya.
(ama)