Paris, CNN Indonesia -- Ribuan orang memenuhi jalan raya sepanjang Avenue de la Grande Armee menuju Arc de Triomphe, Paris, Prancis, Sabtu (12/12) siang. Mereka membentangkan “garis merah” mengarah ke La Defense, kawasan tempat kantor-kantor korporasi besar pengusung bahan bakar fosil berada.
Walau pemerintah Perancis melarang protes besar-besaran pascateror 13 November yang menewaskan sedikitnya 130 orang, namun aksi tersebut tetap berjalan dengan kawalan ketat.
Aksi menuntut agar pemerintah-pemerintah yang terlibat dalam Kesepakatan Iklim Paris menetapkan target lebih ambisius, yakni menahan kenaikan suhu di angka 1,5 derajat Celsius dari temperatur praindustri.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Kesepakatan Iklim yang akan dihasilkan hari ini melanggar rekomendasi ilmuwan. Untuk mencegah bencana akibat perubahan iklim, maka pemimpin-pemimpin negara seharusnya tidak membiarkan suhu bumi naik lebih dari 1,5 derajat,” kata Mie Hansson, aktivis iklim asal London yang tiba di Paris pada Kamis malam untuk bergabung dengan demonstrasi tersebut.
Pada COP 21, target ambisius 1,5 derajat memang menjadi perbincangan hangat. Sebuah kelompok yang terdiri dari 43 negara paling rentan bencana berhasil menggalang ratusan dukungan—termasuk dari Tuvalu, Filipina, dan Bangladesh—agar kesepakatan iklim yang baru menetapkan ambang kenaikan suhu 1,5 derajat Celsius. Dan, bukan 2 derajat seperti pada draf awal.
Walau tergolong rentan bencana iklim, namun Indonesia tidak sepakat dengan target tersebut. “Tidak bisa gampangan mengancam sampai 1,5 derajat Celsius. Mencapai 2 derajat Celsius saja susah, terengah-engah. Kita hanya berikan
good will bahwa target kita 2 derajat Celsius, tapi menuju 1,5 derajat Celsius,” kata Ketua Delegasi Indonesia, Rachmat Witoelar.
Sementara itu, aktivis Greenpeace Indonesia, Teguh Surya, menilai negosiasi Indonesia gagal memahami konteks yang dibicarakan dalam perundingan.
“Delegasi kita gagal paham konteksnya. Seharusnya kita ikut mendorong gerakan 1,5 derajat Celsius bersama negara rentan, supaya mendesak komitmen lebih besar dari negara maju. Tidak usah buru-buru ditarik ke konteks nasional, sebab dalam perundingan iklim ini ada prinsip
common but differentiated responsibilities,” kata dia.
(stu)