Jakarta, CNN Indonesia -- Sebuah perusahaan ledeng di Amerika Serikat menarik perhatian dunia setelah bekas mobil mereka dipakai oleh ISIS di Suriah. Di mobil tersebut terdapat stiker besar perusahaan itu, lengkap dengan nomor telepon.
Seperti dikutip dari CNN, Selasa (15/12), perusahaan ledeng milik Mark Oberholtzer, Mark-1, menerima lebih dari 1.000 telepon sehari setelah foto mobil mereka dipakai ISIS. Di bak belakang mobil itu kini dipasang senapan mesin.
"Di penghujung hari, kantor Mark-1, nomor bisnis Mark-1, dan telepon seluler Mark, menerima lebih dari 1.000 telepon dari seluruh negeri. Kebanyakan telepon berisi hinaan dan ancaman kekerasan, perusakan properti, melukai atau bahkan pembunuhan," kata pengacara Oberholzer.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perusahaan ledeng di Texas ini melayangkan gugatan sebesar US$1 juta kepada perusahaan penjual mobil Ford karena dianggap telah lalai. Oberholtzer mengatakan bahwa peristiwa ini tidak akan terjadi jika mereka mencabut stiker dari mobil truk yang dia jual.
Oktober 2013, Oberholtzer membawa mobil Ford tua miliknya ke AutoNation Ford Gulf Freeway di Houston untuk ditukar tambah dengan Ford F-250 tahun 2012. Saat dia mau melepaskan stiker di bodi mobil, pihak AutoNation mencegahnya dengan alasan bisa merusak cat mobil.
Perusahaan itu mengatakan akan mencabut stikernya sebelum truk dijual. Namun sebulan kemudian, truk itu dikapalkan dari Houston ke Mersin, Turki, tanpa dicabut stikernya.
Setahun kemudian, foto truk itu muncul dalam Twitter Caleb Weiss, kontributor Long War Journal. Dalam foto itu, truk Mark-1 digunakan untuk menembakkan senjata berat.
Belum ada keterangan dari pihak Ford atas peristiwa itu.
Laporan gugatan mengatakan Obelholtzer harus menutup sementara usahanya karena ancaman pembunuhan dan kekerasan berdatangan terhadap diri dan keluarganya. Sekarang dia bahkan membawa senjata api sebagai perlindungan.
Belum diketahui bagaimana cara truk itu bisa sampai ke tangan ISIS. Namun kendaraan dari Barat banyak yang mengalir ke Timur Tengah dan berakhir di wilayah militan.
Beberapa waktu lalu, Kementerian Keuangan AS menanyakan kepada Toyota mengapa banyak mobil dari perusahaan Jepang itu yang ada di tangan militan.
Menurut Jonathan Shanzer dari Foundation for Defense of Democracies, Toyota menjadi mobil favorit para kelompok bersenjata. "Toyota adalah truk yang digunakan jihadis saat mereka pergi perang," kata Shanzer.
Sekarang berbagai merek selain Toyota juga bermunculan. Salah satunya adalah Ford yang pernah dimiliki oleh Oberholtzer.
(den)