Warga Korsel Kecam Kesepakatan dengan Jepang soal Budak Seks

Amanda Puspita Sari/Reuters | CNN Indonesia
Rabu, 30 Des 2015 16:52 WIB
Ratusan warga Korea Selatan bergabung dengan dua mantan budak seks tentara Jepang untuk memprotes kesepakatan antara Korsel dengan Jepang.
Ratusan warga Korea Selatan bergabung dengan dua mantan budak seks tentara Jepang untuk memprotes kesepakatan antara Korsel dengan Jepang. (Reuters/Kim Hong-Ji)
Jakarta, CNN Indonesia -- Ratusan warga Korea Selatan bergabung dengan dua mantan "wanita penghibur" yang dijadikan budak seks oleh tentara Jepang pada era Perang Dunia II untuk berunjuk rasa mengecam kesepakatan pemerintah Korsel dengan Jepang pada pekan ini.

Dua mantan "wanita penghibur" ini meluncurkan protes atas kepakatan kedua negara pada Senin (28/12) yang menyebutkan bahwa pemerintah Jepang akan memberikan dana sekitar 1 miliar Yen, atau sekitar Rp112 miliar ke lembaga pengumpulan dana untuk membantu para mantan budak seks tersebut.

Padahal, para mantan budak seks, atau yang disebut juga dengan jugun ianfu ini menuntut permintaan maaf secara khusus dari pemerintah Jepang dan kompensasi yang sepadan atas penderitaan mereka.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pemerintah tidak bisa dipercaya," kata salah satu mantan budak seks, Lee Yong-su, 88, dikutip dari Reuters.

Lee mengaku dia dan sejumlah korban lainnya tidak pernah diajak ikut serta dalam diskusi oleh pejabat setempat terkait perjanjian itu.

"Kami akan terus berjuang sampai akhir," katanya.

Dia dan para pengunjuk rasa lainnya, termasuk mahasiswa, legislator oposisi dan aktivis sipil, menuntut permintaan maaf yang tulus dari Jepang dan kompensasi formal untuk masing-masing korban.

"Kami tidak melakukan kesalahan. Jepang menyeret kami untuk menjadi wanita penghibur dan masih mencoba menyangkal kejahatan tersebut," kata Lee.

Berdasarkan perjanjian tersebut, Jepang akan membentuk lembaga pengumpulan dana untuk membantu para mantan budak seks yang masih hidup. Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe juga akan meluncurkan permintaan maaf baru.

Para pengunjuk rasa tumpah ruah ke ruas jalan di depan kedutaan besar Jepang di Seoul sembari membawa patung perunggu berbentuk seorang gadis remaja bertelanjang kaki, melambangkan perempuan yang dipaksa bekerja di rumah bordil Jepang.

Persoalan budak seks Jepang telah lama menjadi salah satu faktor merenggangnya hubungan Jepang dan Korsel.

Aksi unjuk rasa mingguan kerap diselenggarakan di luar kedutaan besar Jepang sejak 1992 untuk menuntut permintaan maaf pemerintah Jepang yang tulus dan kompensasi bagi korban.

Sementara bagi Jepang, patung yang didirikan pada 2011 itu menjadi simbol keengganan Korea Selatan untuk menyelesaikan masalah ini.

Merenggangnya hubungan Jepang dan Korsel membuat mereka hingga saat ini belum menandatangani kesepakatan untuk berbagi informasi militer.

Setahun yang lalu, mereka menandatangani pakta tiga pihak, yang menyebutkan Korsel akan memberikan informasi militernya ke Amerika Serikat, untuk kemudian dilanjutkan ke Jepang, dan begitu juga sebaliknya.

Hingga saat ini, belum diketahui berapa angka pasti wanita Korea Selatan yang dipaksa untuk menjadi budak seks Jepang. Aktivis Korea Selatan memprediksi sekitar 200 ribu wanita Korsel menjadi budak seks pada masa pendudukan Jepang, atau selama Perang Dunia Kedua. Namun, hanya beberapa orang yang mau mengakui mereka mantan budak seks, sementara sebagian lainnya malu.

Dari 238 mantan budak seks yang mengaku dan mengajukan protes pada dekade 1990-an, hanya 46 mantan budak seks yang masih hidup hingga saat ini. Mereka rata-rata berusia 89 tahun. (ama)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER