Hubungan Saudi dan Iran Memanas, Indonesia Siap Jadi Mediator

Hanna Azarya Samosir | CNN Indonesia
Selasa, 05 Jan 2016 11:50 WIB
Hubungan Arab Saudi dan Iran memanas setelah Riyadh mengeksekusi ulama Syiah. Guna mencari solusi terbaik, Indonesia menyatakan siap menjadi mediator.
Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, Retno Marsudi, mengubungi Menlu Kerajaan Arab Saudi dan Menlu Republik Islam Iran serta Sekjen OKI guna membantu mencari solusi terbaik untuk mengatasi situasi yang memanas di Timur Tengah. (Dok. Kemlu RI via @Portal_Kemlu_RI)
Jakarta, CNN Indonesia -- Hubungan Arab Saudi dan Iran memanas setelah Riyadh akhirnya mengeksekusi seorang ulama Syiah, Nimr al-Nimr. Guna mencari solusi terbaik melalui jalan damai, Indonesia menyatakan siap menjadi mediator.

Tawaran tersebut disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, Retno LP Marsudi, saat menghubungi Menlu Arab Saudi, Adel bin Ahmed Al-Jubeir, juga Menlu Iran, Mohammad Javad Zarif, pada Senin (4/1).

"Indonesia siap untuk memberikan good offices," ujar Retno kepada CNN Indonesia, Selasa (5/1).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam pembicaraan tersebut, Retno menyampaikan keprihatinan terhadap perkembangan hubungan antara Arab Saudi dan Iran dan menekankan pentingnya penyelesaian secara damai.

Retno menekankan pentingnya perdamaian dan stabilitas kawasan, di mana Saudi dan Iran memegang peranan penting.

Menurut Juru Bicara Kementerian Luar Negeri, Arrmanatha Nasir, saat berbicara dengan Seketeris Jenderal Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), Iyad Ameen Madani, Retno menyampaikan harapan agar lembaga tersebut dapat berkontribusi positif untuk membantu menjaga stabilitas kawasan.

Seperti dilaporkan CNN, eksekusi mati Nimr pada Sabtu (2/1) memang dihujani kecaman dari Irak, Iran, dan beberapa pejabat senior Perserikatan Bangsa-Bangsa hingga menyulut krisis regional di kawasan Timur Tengah.

Keadaan mulai panas ketika pengunjuk rasa Iran menyerbu kantor Kedutaan Besar Arab Saudi di Teheran pada Minggu (3/1). Massa mencoba merangsek masuk gedung, menghancurkan furnitur dan memantik api, sebelum akhirnya berhasil dibubarkan polisi. Saudi kemudian langsung memutuskan hubungan diplomatiknya dengan Iran.

Nimr merupakan salah satu kritikus dari kelompok Syiah yang paling vokal memperjuangkan kesetaraan Syiah dengan Sunni di Saudi. Nimr dianggap teroris oleh Riyadh, tapi dipuji Iran sebagai pemerhati hak-hak kelompok Syiah yang minoritas dan terpinggirkan di Saudi.

Beberapa analis meyakini, eksekusi ini juga akan memperdalam jurang perbedaan antara Muslim Sunni dan Syiah di kawasan Timur Tengah.

Menurut seorang peneliti senior dari Universitas Oxford, Toby Matthiesen, peristiwa ini juga dapat menambah runyam skala besar isu di kawasan, dari krisis Suriah hingga Yaman.

Iran dan Arab Saudi mendukung kelompok yang bertentangan di Suriah dan Yaman. Di Suriah Iran mendukung rezim Bashar al-Assad, sementara di Yaman, Iran dituding mendukung kelompok pemberontak al-Houthi.

Pada Maret tahun lalu, Saudi melancarkan operasi militer di Yaman untuk menggempur Houthi, minoritas Syiah yang berhasil mengambil alih istana kepresidenan. Saudi dan beberapa negara Sunni lain menuding bahwa Houthi dipersenjatai dan dibiayai oleh Iran. Namun, Iran membantah tuduhan tersebut.
(stu)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER