Air Mata Obama untuk Korban Penembakan Massal

Christina Andhika Setyanti | CNN Indonesia
Rabu, 06 Jan 2016 06:38 WIB
Obama diperkenalkan kepada Mark Barden, ayah dari Daniel yang menjadi korban pembunuhan di Sandy Hook Elementary di Connecticut pada 2012 lalu.
Obama menangis ketika diperkenalkan kepada Mark Barden, ayah dari Daniel yang menjadi korban pembunuhan di Sandy Hook Elementary di Connecticut pada 2012 lalu. (Reuters/Carlos Barria)
Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Amerika Serikat Barack Obama berubah jadi sedikit sentimentil ketika dia mengatakan bahwa masyarakat Amerika membutuhkan sense of urgency soal kepemilikan senjata. Keputusan ini diambilnya mengingat banyak terjadi kasus kekerasan bersenjata di Amerika.

Selasa (5/1) Obama diperkenalkan kepada Mark Barden. Barden adalah ayah dari Daniel yang menjadi korban pembunuhan di Sandy Hook Elementary di Connecticut pada 2012 lalu.

"Setiap saat saya memikirkan anak itu, saya merasa marah," kata Obama, seraya menghapus air matanya yang keluar.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dan ternyata hal ini terjadi di jalanan Chicago setiap hari."

Mengutip CNN, pidato Obama di Gedung Putih ini juga disaksikan oleh mantan anggota kongres dan pengontrolan senjata, Gabby Giffords. Giffords sendiri juga menjadi salah satu korban penembakan massal di tahun 2011 lalu. Kehadirannya di Gedung Putih pun disambut meriah oleh tamu yang hadir.

Untuk mengendalikan kepemilikan senjata di Amerika, Gedung Putih memperketat aturan senjata. Setiap pembeli senjata diharuskan untuk diperiksa latar belakangnya. Sedangkan penjualnya diharuskan memiliki lisensi resmi.

Aturan ini banyak mendapat tentangan karena dianggap melanggar Amandemen Kedua tentang kebebasan memiliki senjata. Selain itu, aturan yang dibuat Obama ini masih belum mendapat persetujuan dari Kongres.Obama membela tindakannya untuk memperkuat pemeriksaan latar belakang untuk pembelian senjata. Pembelaan ini dilakukannya untuk menjawab kritik yang mengatakan bahwa langkah tersebut tidak akan membuat orang lebih sulit mendapatkan senjata. 

"Setiap kali (masalah) ini muncul, kita selalu beralasan bahwa cara umum seperti pemeriksaan latar belakang tidak akan menghentikan pembantaian, jadi mengapa repot-repot mencoba?" kata Obama. "Tapi saya menolak pemikiran itu."

Obama juga mengatakan bahwa tindakan eksekutif yang diambilnya ini tidak bertentangan dengan Amandemen Kedua. Dia meyakini bahwa dalam Amandemen Kedua terdapat pernyataan yang menjamin hak untuk mengangkat senjata. 

"Tak peduli berapa kali orang mencoba untuk memutarbalikkan kata-kata saya, ini adalah hukum konstitusional kita. Saya tahu sedikit soal ini, tapi saya juga percaya bahwa kita bisa menemukan cara untuk mengurangi angka kekerasan senjata yang konsisten dengan Amandement Kedua," ujarnya.

(chs)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER