Jakarta, CNN Indonesia -- Korea Utara mengklaim bahwa mereka sukses melakukan uji coba bom nuklir pada Rabu (6/1). Hal ini diketahui lewat sebuah pernyataan yang disiarkan dari stasiun televisi Korea Utara.
Badan Geologi Amerika Serikat, USGS, yang mencatat guncangan seismik tersebut berkekuatan 5,1 SR terjadi sekitar 19 kilometer sebelah timur-timur laut dari Sungjibaegam.
Sementara, Badan meteorologi Korea Selatan mencatat "guncangan yang dibuat manusia" itu berkekuatan 4,3 SR.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun kenyataannya, tak semua orang percaya dengan klaim dari negara pimpinan Kim Jong Un ini, termasuk para ahli nuklir.
Mengutip The New Daily, kepada ABC, banyak ahli yang meragukan kebenaran klaim tersebut. Crispin Rovere, spesialis kebijakan nuklir dan pengawasan senjata yang berbasis di Australia mengatakan bahwa guncangan nya masih terlalu kecil.
"Data seismik yang tercatat menunjukkan bahwa ledakan tersebut mungkin jauh lebih kecil daripada apa yang diharapkan dari ledakan uji coba bom hidrogen," katanya.
Dengan kata lain, angka 5,1 SR dianggap terlalu kecil untuk ukuran bom nuklir yang dianggap sebagai senjata mematikan. Pernyataan ini juga didukung oleh ahli lainnya.
"Saya tidak berpikir kalau ini adalah benar uji coba bom hidrogen. Ledakan seharusnya lebih besar jika itu benar adalah uji coba bom hidrogen," kata Choi Kang, vice president of the Seoul-based Asan Institute for Policy Studies.
Uji coba bom ini terjadi hanya dua hari sebelum ulang tahun Kim Jong Un. Analis mengatakan bahwa pemimpin Korea Utara ini sebenarnya hanya mencari sebuah prestasi besar yang digunakan untuk menyorot berlangsungnya perayaan kongres pada bulan Mei 2016 mendatang. Ini adalah pertemuan pertama setelah 35 tahun.
Ketidakpercayaan AmerikaSelain mereka, Amerika Serikat pun menyatakan ketidakpercayaannya akan klaim nuklir tersebut. Juru bicara Gedung Putih, Josh Earnest mengatakan bahwa hasil analisis yang dilakukan tidak sesuai dengan klaim Korea Utara.
"Setiap jenis uji coba nuklir, seperti yang dilakukan Korea Itara, adalah hal yang provokatif dan merupakan pelanggaran dari resolusi Dewan Keamanan PBB," kata Earnest.
Hasil analisis yang dilakukan mengungkapkan bahwa kemungkinan Pyongyang menggunakan bom hidrogen yang berbeda. Jika itu bukanlah bom hidrogen, ada sedikit keraguan Amerika jika Korea Utara melakukan uji coba nuklir baru.
Dari fakta yang diberikan, guncangan seismik 5,1 SR ini sebanding dengan tes uji plutonium terbaru Korea Utara di tahun 2013 lalu.
Mengutip CNN, NORSAR, kelompok pemantau nuklir dari Norwegia mencatat bahwa ledakan ini setara dengan kurang dari 10.000 TNT, dan lebih kecil daripada bim atom yang digunakan di Hiroshima dan Nagasaki. Jumlah ini juga jauh lebih sedikit dibanding senjata termonuklir yang potensi ledaknya seperti jutaan ton TNT.
"Kita tidak tahu sampai beberapa hari atau minggu ke depan, apakah ini bom hidrogen atau bukan," kata Martin Navias, ahli militer di King College London. "Ini tidak terlihat seperti itu. Tidak seperti yang dibayangkan, lebih besar seharusnya kalau itu adalah H-bomb (bom hidrogen).
(chs)