Obama Tampik Tuduhan Ingin Rebut Senjata Warga AS

Amanda Puspita Sari | CNN Indonesia
Jumat, 08 Jan 2016 14:07 WIB
Presiden Barack Obama menolak tuduhan bahwa kebijakan senjata yang dia luncurkan merupakan upaya untuk merebut senjata warga AS.
Presiden Barack Obama menolak tuduhan bahwa kebijakan senjata yang dia luncurkan merupakan upaya untuk merebut senjata warga AS. (Reuters/Kevin Lamarque)
Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Barack Obama menolak tuduhan berbagai pihak yang menilai langkahnya untuk memperketat pengendalian senjata merupakan upaya untuk merebut senjata warga Amerika Serikat yang memang mempunyai hak memiliki senjata. Obama menilai tuduhan tersebut "fiksi khalayan."

Dalam acara diskusi di balai kota Virgina terkait kebijakan pengendalian senjata yang diluncurkan pekan ini tanpa persetujuan Kongres, Obama menekankan aksi eksekutifnya tersebut bukan merupakan upaya merebut senjata dari warga AS yang taat hukum.

"[Kebijakan] itu dijelaskan kami seakan-akan mencoba merebut senjata semua orang," kata Obama, sembari menuduh bahwa para rivalnya memutarbalikkan rencananya mengendalikan senjata.  

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Posisi kami secara konsisten disalah artikan. Jika Anda mendengarkan retorikanya, sangat dilebih-lebihkan," kata Obama, dikutip dari CNN, Kamis (7/1).

Dalam acara bertajuk "Senjata di Amerika" yang digelar sebagai forum bagi presiden AS yang telah memasuki tahun terakhir menjabat, Obama

mendapat dukungan dari sejumlah kalangan, utamanya pemuka agama dan keluarga korban penembakan massal.

Namun, Obama juga diberondong pertanyaan dari penentang kebijakannya, termasuk pejabat perusahaan senjata, kepala polisi, warga yang selamat dari upaya pemerkosaan dan seorang janda yang mengkritik kebijakan Obama terkait diharuskannya pemeriksaan latar belakang bagi calon pembeli senjata.

Sementara, Asosiasi Senapan Nasional (NRA) menolak untuk berpartisipasi dalam acara tersebut dan malah mengecam habis kebijakan Obama dalam acara Fox News sebelumnya.

Obama mengungkapkan dia akan senang bertemu dengan NRA, tetapi ingin berdiskusi dengan kelompok pelobi senjata yang kuat itu dengan membeberkan fakta yang ada, "bukan fiksi khalayan soal Obama berusaha merebut senjata Anda."

Dalam acara ini Obama mengungkapkan alasan kebijakannya soal pengendalian senjata menuai berbagai reaksi. Menurut Obama, isu tentang kepemilikan senjata akan ditanggapi berbeda oleh masyarakat kota dan pedesaan di penjuru AS.

Seperti di tempat kelahirannya di Hawaii, olahraga menembak tidak sepopuler seperti di beberapa negara bagian lain di AS. Obama sendiri mengaku tidak pernah memiliki pistol, dan hanya memiliki sedikit pengalaman dengan senjata.
Obama menangis ketika diperkenalkan kepada Mark Barden, ayah dari Daniel yang menjadi korban pembunuhan di Sandy Hook Elementary di Connecticut pada 2012 lalu. (Reuters/Carlos Barria)

Gagasan ini akan membuat kebijakan Obama, yang berfokus kepada pemeriksaan latar belakang calon pembeli senjata legal, menjadi tak berguna.

"Kita semua setuju bahwa masuk akal untuk mengupayakan segala yang kita bisa untuk menjauhkan senjata dari orang-orang yang membahayakan orang lain maupun diri mereka sendiri," ujar Obama.

Dia meminta Kongres untuk membuat sebuah sistem yang "efisien" untuk pemeriksaan latar belakang yang diyakini akan membendung setidaknya sejumlah beberapa kegiatan senjata ilegal.

"Fakta bahwa sistem tidak dapat menangkap semua orang, harus diimbangi oleh fakta bahwa kita mungkin dapat menyelamatkan sejumlah nyawa," kata Obama.

Pertanyaan tajam

Obama mendapat pertanyaan tajam dari Kepala Polisi Arizona Sheriff Paul Babeu, yang menyatakan bahwa tindakan eksekutifnya tidak akan mencegah penembakan massal.

"Bagaimana kita dapat memaksa mereka mengikuti hukum?" kata Babeu, merujuk kepada pelaku kejahatan bersenjata.

Terkait hal ini, Obama menjawab, "Kejahatan selalu akan bersama kita, jadi saya pikir jika kita tidak bisa memberantas kejahatan, bukan berarti kita tidak harus mencobanya," kata Obama.

Acara tersebut juga dihadiri Taya Kyle, janda dari Chris Kyle, penembak jitu terkenal AS yang kisah hidupnya diangkat ke layar lebar melalui film "American Sniper" dan diperankan oleh Bradley Cooper. Kyle tewas ditembak rekannya sendiri yang memiliki masalah kejiwaan ketika mereka sedang berlatih menembak.

Kyle sebelumnya mengungkapkan pendapatnya yang menentang pengetatan pengendalian senjata, dan menilai undang-undang senjata yang ada harus ditegakkan dengan lebih efektif. Kyle berpendapat bahwa warga Amerika memiliki hak untuk membela diri terhadap pelaku kejahatan.

"Pemerintah saya telah membuktikan bahwa mereka tidak mampu melindungi saya dari orang-orang yang ingin membunuh. Dan saya tidak menyalahkan pemerintah, karena hanya ada satu orang yang harus disalahkan di sini: pria atau wanita yang memutuskan untuk membunuh," kata Kyle.

Sementara, penonton lainnya, Kimberly Corban, merupakan penyintas dari aksi kekerasan seksual. Corban mempertanyakan prioritas Obama dalam menegakkan pembatasan senjata. "Saya pernah menjadi korban, dan saya tidak ingin hal itu terjadi lagi kepada saya maupun anak saya. Jadi mengapa Anda mempersulit warga mendapatkan senjata?" ujar Corban.  

Obama menyatakan warga AS yang taat hukum seperti Corban tidak akan dipersulit untuk mendapatkan senjata, dengan kebijakan yang dia luncurkan. "Tetapi Anda juga pasti ingin mempersulit penyerang Anda untuk mendapatkan senjata," katanya. (stu)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER