Iran dan Saudi Berjanji Tak Akan Ganggu Dialog Damai Suriah

Reuters | CNN Indonesia
Senin, 11 Jan 2016 08:20 WIB
Arab Saudi dan Iran berjanji bahwa eskalasi di antara kedua negara tidak akan berdampak pada upaya internasional untuk mengakhiri perang sipil di Suriah.
Hubungan Iran-Saudi memanas usai eksekusi ulama Syiah, Nimr al-Nimr, oleh Saudi awal Januari lalu. (Reuters/rivalitas Iran-Saudi)
Jakarta, CNN Indonesia -- Arab Saudi dan Iran berjanji bahwa eskalasi di antara kedua negara tidak akan berdampak pada upaya internasional untuk mengakhiri perang sipil di Suriah.

Utusan PBB untuk Suriah, Staffan de Mistura mengatakan bahwa Menteri Luar Negeri Iran Javad Zarif meyakinkannya bahwa situasi Iran-Saudi tak akan mengancam pembicaraan damai Iran yang dijadwalkan akhir Januari.

De Mistura bertemu dengan Zarif di Teheran, guna memuluskan jalan menuju pembicaraan yang akan berlangsung di Jenewa, Swiss, 25 Januari mendatang. Ini merupakan gagasan dari Dewan Keamanan PBB bulan lalu, demi menyudahi perang Suriah yang sudah terjadi hampir lima tahun dan menewaskan sekitar 250 ribu orang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Adel al-Jubeir, menghadiri pertemuan Liga Arab pada Minggu (10/1) untuk membicarakan hubungan Saudi-Iran, jugaa mengatakan hal itu tidak akan mempengaruhi pembicaraan soal Suriah.

Tensi dua negara rival di Timur Tengah, Iran dan Saudi, terus memanas pascaeksekusi seorang ulama Syiah, Nimr al-Nimr, oleh Saudi, pada 2 Januari lalu.

Di Iran, Saudi mendukung pemberontak Sunni moderat, sementara Iran mendukung rezim Bashar al-Assad.

Sementara itu, pihak oposisi Suriah mengisyaratkan bahwa mereka ragu pembicaraan damai akan berhasil. Menurut mereka, rezim Assad perlu memperlihatkan itikad baik termasuk gencatan senjatam membebaskan para tawanan dan mengakhiri blokade di wilayah yang mereka kuasai sebelum memulai pembicaraan.

Negara lain separate Amerika Serikat dan AS meyuplai dukungan militer bagi pemberontak moderat, namun menampik permintaan mereka akan misil karena takut mereka akan berakhir menjadi jihadis garis keras seperti ISIS. (stu)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER