Filipina Klaim Pemberontak di Daerah Selatan Tak Terkait ISIS

Amanda Puspita Sari/Reuters | CNN Indonesia
Rabu, 13 Jan 2016 08:12 WIB
Juru bicara militer Filipina menampik dugaan bahwa kelompok militan ISIS terhubung dengan kelompok pemberontak Muslim di wilayah selatan Filipina.
Ilustrasi militan ISIS (CNN Indonesia/Laudy Gracivia)
Jakarta, CNN Indonesia -- Juru bicara militer Filipina, Kolonel Restituto Padilla membantah dugaan bahwa kelompok militan ISIS terhubung dengan kelompok pemberontak Muslim di wilayah selatan Filipina. Pernyataan ini menampik klaim dari sebuah video propaganda yang menunjukkan kelompok pemberontak Filipina bergabung dengan ISIS.

Video yang beredar pekan lalu menunjukkan kemungkinan bergabungnya empat kelompok militan Islam, termasuk Abu Sayyaf, dan mendirikan "wilayat", atau provinsi Negara Islam, di Filipina selatan.

"Tidak ada yang hubungan yang kredibel, terverifikasi dan langsung [antar keduanya] dan kemungkinan membangun hubungan itu sangat kecil," kata Padilla, dikutip dari Reuters, Selasa (12/1).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Padilla memaparkan bahwa sejumlah anggota militan yang muncul dalam video tersebut sudah dinyatakan tewas dalam bentrokan terbaru dengan pasukan keamanan.

"Pernyataan terbaru dari pemimpin kelompok Abu Sayyaf, Isnilon Hapilon merupakan bagian dari propaganda mereka, dan tidak mencerminkan adanya operasi teror ISIS di negara ini," ujar Padilla.

Hapilon merupakan salah satu buronan yang paling dicari. Imbalan mencapai US$5 juta akan diberikan bagi siapapun yang dapat memberikan informasi berguna untuk menangkap pemimpin Abu Sayyaf ini. Hapilon merupakan satu-satunya pemimpin Abu Sayyaf yang masih hidup, yang terlibat dalam penculikan 20 sandera, sebagian besar merupakan turis asal Barat, di pulau Sipadan, Malaysia Timur, tahun 2000.

Pulau Basilan dan Jolo merupakan markas Abu Sayyaf, yang dikenal sebagai daerah yang rawan penculikan, pemenggalan dan pengeboman. Abu Sayyaf merupakan salah satu faksi pemberontak Muslim garis keras di wilayah selatan Filipinan, yang sebagian besar beragama Kristen.

Seorang pejabat intelijen militer yang tak ingin namanya dipublikaskan juga membantah kemungkinan adanya "wilayat" yang didirikan di Filipina selatan.

"Para militan setempat hanya tertarik dalam menghasilkan uang, dan mereka yang tertarik dengan ideologi Islam lebih suka berangkat ke Suriah dan Irak, terutama yang berasal dari Malaysia dan Indonesia," kata pejabat intelijen tersebut kepada Reuters.

"[Pemberontak] di selatan merupakan kriminal yang bersembunyi di balik topeng ISIS untuk mendapatkan tebusan uang," ujarnya.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER