Jakarta, CNN Indonesia -- Kelompok pemberontak beraliran Maois di Filipina mengumumkan gencatan senjata selama 12 hari menjelang perayaan Natal, meminta para anggotanya untuk untuk menghentikan operasi ofensif terhadap berbagai sasaran militer dan bisnis, mulai dari konstruksi, tambang hingga perkebunan.
Maois merupakan para penganut ajaran Mao Zedong, pemimpin komunis Tiongkok, dan merupakan cabang dari Marxisme-Leninisme. Konflik antar militer Filipina dengan pemberontak telah menewaskan lebih dari 40 ribu orang dan menghambat pertumbuhan di sejumlah pedesaan yang kaya sumber daya.
Sayap bersenjata Partai Komunis, Tentara Rakyat Baru yang memiliki 3.000 gerilyawan, terutama beroperasi di wilayah timur dan selatan negara itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kepala perunding pemberontak, Luis Jalandoni menyatakan dalam pernyataan di situs pemberontak, https://www.ndfp.org bahwa gencatan senjata sepihak akan berjalan sejak 23 Desember-3 Januari.
"Gencatan senjata ini diterapkan untuk menunjukkan solidaritas kepada perayaan tradisional rakyat Filipina yakni liburan Natal dan Tahun Baru," kata Jalandoni, mantan pemimpin agama Katolik yang berbasis di Belanda, dikutip dari Reuters.
Jalandoni menyatakan gencatan senjata juga akan memungkinkan pemberontak untuk merayakan ulang tahun ke-47 Partai Komunis Filipina, yang telah melancarkan perang gerilyawan berkepanjangan selama 45 tahun dengan tujuan menggulingkan pemerintah.
Hingga saat ini, belum ada tanggapan dari pemerintahan Presiden Benigno Aquino terkait gencatan senjata ini. Aquino sempat mengumumkan gencatan senjata sepihak selama 30 hari tahun lalu menjelang kunjungan Paus Fransiskus pada Januari 2015.
Jalandoni menyatakan pemberontak berharap pemerintah akan menanggapi dan menerapkan gencatan senjata, serta melihat gerakan pemberontak sebagai dasar untuk melanjutkan pembicaraan damai yang diinisiasi oleh Norwegia dan kerap terputus. Kedua belah pihak telah melakukan negosiasi sejak 1986.
Kelompok pemberontak juga menuntut agar pemerintah membebaskan semua tahanan politik, termasuk 17 gerilyawan yang merupakan bagian dari perundingan damai.
Filipina kini tengah menerapkan gencatan senjata terpisah dengan Front Pembebasan Islam Moro, kelompok pemberontak Muslim terbesar di wilayah selatan. Tahun lalu, kedua belah pihak menandatangani kesepakatan damai untuk mengakhiri pertempuran empat dekade yang menewaskan 120 ribu orang.
Pemerintah Filipina menolak gencatan senjata dengan kelompok ketiga yang beroperasi di selatan, Abu Sayyaf, yang telah berbaiat setia dengan kelompok militan ISIS. Para militan terkenal kerap melakukan penyanderaan, penculikan, pemboman, dan pemenggalan.
(ama/stu)