Jakarta, CNN Indonesia -- Sebuah survei menemukan hampir satu di tiap sepuluh orang Turki tak menganggap ISIS sebagai organisasi teroris, dan lima persen setuju akan aksi kelompok itu.
Hasil survei itu dipublikasikan pada Selasa (12/1), bersamaan dengan tragedi bom bunuh diri di jantung wisata Kota Istanbul yang diduga dilakukan oleh militan ISIS dari Suriah, menewaskan setidaknya 10 orang. Dari 10 korban, sembilan merupakan warga Jerman, dan satu warga Peru.
PBB, termasuk Turki, melabeli ISIS yang sudah menguasai sebagian besar wilayah di Suriah dan Irak itu, sebagai kelompok teroris.
Riset dilakukan oleh lembaga
think-tank yang berbasis di Ankara, berjudul Survei Tren Sosial Turki, yang melibatkan lebih dari 1.500 orang di seluruh Turki, November silam.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebanyak 9,3 persen responden mengatakan bahwa ISIS bukanlah organisasi teroris, 5,4 persen mendukung aksi mereka.
Sementara itu, 21 persen mengatakan bahwa ISIS merepresentasikan Islam dan 8,9 persen yakin bahwa kelompok itu merupakan sebuah negara. Angka ini relatif kecil, namun menunjukkan potensi simpatisan ISIS di antara 78 juta populasi Turki.
Sebaliknya, ketakutan akan terorisme, baik dari ISIS atau dari kelompok militan Kurdi PKK--yang dianggap teroris oleh Turki--mendominasi kekhawatiran responden.
“Ada dua posisi yang bertentangan yang kita punya di sini,” ujar Suleyman Ozeren, presiden Global Policy and Strategy, yang menggagas laporan ini.
“Namun tingginya angka orang yang mendukung aksi ISIS seharusnya membuat kita khawatir. Ini juga mengungkap bahwa pencegahan radikalisasi seharusnya menjadi prioritas nomor satu bagi pemerintah. Sekali orang teradikalisasi, sangat sulit untuk menderadikalisasi mereka.”
Turki telah meningkatkan pertarungan mereka melawan ISIS, dan telah berperan aktif dalam serangan udara pimpinan AS di Suriah dan Irak.
Tahun lalu, Turki diguncang dua bom bunuh diri di Suruc dan Ankara, keduanya diduga dilakukan ISIS. Dalam
insiden bom di Ankara, lebih dari 100 orang tewas.
(stu)