Pembom Bunuh Diri di Istanbul Masuk Turki sebagai Pengungsi

Reuters | CNN Indonesia
Kamis, 14 Jan 2016 08:55 WIB
Militan ISIS pelaku bom bunuh diri di Istanbul masuk Turki sebagai pengungsi dari Suriah dan tidak masuk dalam daftar orang yang diawasi.
Bom bunuh diri terjadi di tengah turis pada Selasa lalu dekat Masjid Biru dan Aya Sofia, pusat wisata utama kota terpadat di Turki. (Reuters/Murad Sezer)
Jakarta, CNN Indonesia -- Militan ISIS yang melancarkan serangan bunuh diri di pusat Kota Istanbul memasuki Turki sebagai pengungsi dari Suriah dan tidak masuk dalam daftar orang yang diawasi.

Militan itu meledakkan dirinya sendiri ketika berada di tengah turis pada Selasa (12/1) lalu dekat Masjid Biru dan Aya Sofia, pusat wisata utama kota terpadat di Turki. Sepuluh korban tewas merupakan warga Jerman.

Turki membuka perbatasannya dengan Suriah selama perang sipil melanda, dan kini menampung lebih dari 2,2 juta pengungsi, yang terbesar di seluruh dunia. Namun perbatasan Turki-Suriah juga digunakan oleh para militan asing yang ingin bergabung dengan ISIS di Irak dan Suriah.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Individu ini bukan seseorang yang berada di bawah pengawasan. Ia masuk ke Turki secara normal, sebagai pengungsi, sebagai seseorang yang mencari tempat berlindung.” ujar Perdana Menteri Turki, Ahmet Davutoglu, Rabu (13/1).
Ia mengatakan bahwa pria itu bisa diidentifikasi melalui fragmen tulang, wajah dan kukunya.

“Setelah serangan, koneksinya terungkap. Di antara jaringan ini, selain dari Daesh [ISIS], kami punya kecurigaan ada kekuatan yang menggunakan Daesh,” tamah Davutoglu.

Turki menuding Presiden Suriah Bashar al-Assad dan sekutunya termasuk Iran dan Rusia, bekerja sama dengan ISIS demi membantu rezim Suriah menghancurkan pasukan kelompok pemberontak dan oposisi Assad.

Turki, juga Jerman, tegabung dalam koalisi serangan udara pimpinan Amerika Serikat untuk menggempur ISIS di Irak dan Suriah.
Tahun lalu, Turki didera dua serangan mematikan oleh ISIS, di Suruc, lalu di ibu kota Ankara yang menewaskan lebih dari 100 orang.

Ditanya apakah Turki akan melakukan serangan udara balasan terhadap ISIS, Davutoglu mengatakan bahwa negaranya akan beraksi dalam waktu dan situasi yang tepat.

Namun ia mengatakan bahwa perang Suriah sangat kompleks. Pesawat jet Turki tidak terbang di wilayah udara Suriah sejak Turki menembak jatuh jet tempur Rusia pada akhir November lalu.

"Mereka (angkatan udara Rusia) seharusnya tidak menghalangi perjuangan Turki melawan Daesh….Sekarang sayangnya ada penghalang itu," kata Davutoglu. "Negara-negara tertentu memberi sikap menghalangi soal pemboman udara Turki. Mereka harus menghancurkan Daesh sendiri atau mengizinkan kami untuk melakukannya."
(stu)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER