Jakarta, CNN Indonesia -- Pemimpin al-Qaidah Ayman Al-Zawahiri menyatakan bahwa sejumlah negara di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, merupakan wilayah yang matang untuk kebangkitan jihadis.
Zawahiri mengungkapkan hal ini dalam pesan audio yang diunggah oleh media propaganda kelompok militan al-Qaidah, As Sahab, menurut laporan dari
longwarjournal.org, situs yang khusus melaporkan soal perang melawan terorisme global.
Dalam pesan audionya yang berdurasi lebih dari 24 menit, Zawahiri berfokus kepada tiga negara Asia Tenggara, yakni Indonesia, Malaysia, dan Filipina. Zawahiri menyebutkan bahwa "wilayah ini sudah matang untuk kebangkitan jihadis, seperti wilayah lainnya di dunia."
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pesan audio itu diunggah sebagai episode ke-delapan dari pesan propaganda al-Qaidah dengan judul seri "Musim Semi Islam." Pesan proganda ini dibuka dengan wawancara
CNN kepada Amrozi Nurhasyim, terpidana mati kasus bom Bali tahun 2002, yang menyebabkan 202 tewas, sebanyak 88 di antaranya merupakan warga Australia yang tengah mengunjungi Bali.
"Pesan saya untuk warga Australia: kalian jangan datang ke tempat seperti itu lalu," kata Amrozi dalam wawancara dengan
CNN.
"Saya yakin rekan-rekan saya akan meluncurkan bom lagi," ujar Amrozi yang akhirnya dieksekusi mati di Nusakambangan pada 9 November 2008, pada usia 46 tahun.
Propaganda itu diakhiri dengan sejumlah foto pelaku bom Bali dan Abu Bakar Bashir.
Menurut
Long War Journal, terdapat tiga pesan Zawahiri yang diunggah pada 12 Januari 2016, yang disampaikan melalui dua pesan audio dan pernyataan resmi sebanyak tujuh halaman, menurut laporan kelompok intelijen SITE.
Pesan audio pertama berjudul "Al Saud, pembunuh para mujahidin," berdurasi tujuh menit. Dalam pesan itu, Zawahiri menyerukan warga Saudi untuk bangkit melawan monarki dan mengkritik eksekusi lebih dari 40 tahanan yang dilakukan pemerintah Saudi.
Zawahiri menyebut eksekusi tersebut "pembunuhan lebih dari 40 mujahidin," dan ulama Syiah, Nimr al-Nimr hanya melayani kepentingan Amerika dan para "tentara Salib." Para Mujahidin yang dimaksudkan Zawahiri merujuk kepada sejumlah anggota al-Qaidah yang turut dieksekusi, termasuk sejumlah jihadis yang dituduh melakukan serangan di Saudi pada 2003.
Pesan Zawahiri tersebut dibuka oleh pidato Anwar al-Awlaki, tokoh afiliasi kelompok militan al-Qaidah di Semenanjung Arab (AQAP) yang tewas dalam serangan pesawat nirawak Amerika Serikat pada 2011. Pesan Awlaki diduga untuk menegaskan pentingnya menjadi martir terkait dengan eksekusi yang dilakukan Saudi.
"Mati syahid bagaikan pohon. Buah tumbuh di sana, lalu matang, dan tibalah saatnya untuk mengambil buah itu. Ini terjadi di musim-musim tertentu. Ini adalah cara pembantu Allah melewati tahapan-tahapan [dalam hidup] hingga mencapai tahapan di mana mereka dapat mati sebagai martir," ujar Awlaki.
Sementara dalam pesan tertulis yang berjudul "Levant Dipercayakan di Lehermu," Zawahiri menulis kecaman terhadap eksekusi oleh Saudi dan peran Saudi dalam perang Suriah.
Menurut Zawahiri, pembicaraan sejumlah kelompok oposisi yang menentang rezim pemerintahan Presiden Bashar al-Assad merupakan "salah satu upaya Saudi mendistorsi jalur menuju jihad secara umum, dan [jihad] di Levant secara khusus." Levant merupakan sebutan untuk Suriah.
Zawahiri juga menegaskan bahwa "Saudi tidak akan memberikan kalian kebebasan, kehormatan, maupun kejayaan."
Sejumlah kelompok oposisi Suriah, seperti Front al-Nusra, yang merupakan cabang al-Qaidah di Suriah, memuji langkah Saudi untuk menggelar pembicaraan damai tersebut di Riyadh. Namun, salah satu pemimpin al-Nusra, Abu Muhammad al Julani pada akhir tahun lalu menyatakan bahwa siapapun yang berpartisipasi dalam pembicaraan tersebut melakukan "pengkhianatan."
Dengan demikian, pesan Zawahiri mendukung para pemimpin al-Nusra yang menentang pembicaraan damai dengan Saudi.
(ama/stu)